Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meteorit Murchison Mengandung Material Stardust Tertua di Bumi

Kompas.com - 14/01/2020, 18:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

"Batuan tersebut tidak pernah berubah sejak saat itu, sehingga butiran presolar belum matang menjadi mineral jenis lain," jelas Heck.

Sebagian besar butiran presolar panjangnya berukuran sekitar satu mikron, lebih kecil. Tetapi, butiran yang dianalisis para ilmuwan untuk penelitian itu jauh lebih besar.

"Panjangnya sekitar dua hingga 30 mikron. Kami menyebutnya batu besar, dan kami melihatnya dengan mikroskop optik," sambung Heck.

Dalam penelitian ini, Heck dan timnya memeriksa 40 batu dari batu-batu besar dari meteorit Murchison.

Hasil ledakan bintang

Sebagian besar butiran-butiran debu meteor Murchison, sekitar 60 persen berasal dari sekitar 4,6 miliar hingga 4,9 miliar tahun yang lalu.

Baca juga: Meteorit Kuno Ini Ungkap Asal Usul Kehidupan

Alasannya, butiran tersebut merupakan hasil dari "little baby boom" dari kelahiran bintang di galaksi ini, yang terjadi sekitar tujuh miliar tahun lalu.

"Butuh sekitar dua hingga dua setengah miliar tahun bagi bintang-bintang itu untuk menjadi penghasil debu," kata Heck.

Heck menjelaskan ketika sebuah bintang terbentuk, dia tidak menghasilkan debu selama hidupnya.

"Mereka (bintang) hanya akan menghasilkan debu, di akhir kehidupan mereka," imbuh Heck.

Penemuan ini mendukung temuan para astronom lain yang menunjukkan lonjakan dramatis dalam pembentukan bintang sekitar tujuh miliar tahun lalu.

Baca juga: Batuan Tertua di Bumi Terbentuk karena Dampak Meteorit

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com