Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batuan Tertua di Bumi Terbentuk karena Dampak Meteorit

Kompas.com - 16/08/2018, 11:01 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber Gizmodo


KOMPAS.com — Batuan felsik yang kaya akan unsur mineral silikat, magma, silikon, oksigen, aluminium, natrium, dan kalium—seperti batuan granit—merupakan batuan paling awal yang ada di Bumi.

Batuan ini memiliki komposisi berbeda dari batuan felsik yang ada di inti benua.

Lewat pemodelan komputer, ahli kini mengetahui kandungan batuan yang sangat kaya dan berbeda merupakan dampak dari meteorit.

"Di akhir Hadean (periode sejak pembentukan Bumi hingga 3.800 juta tahun lalu) terjadi benturan meteroit yang tinggi. Mungkin lelehannya itu yang akhirnya membentuk batuan felsik Hadean," tulis para ahli dalam laporan yang terbit di jurnal Nature Geoscience, seperti dilansir Gizmodo, Senin (13/8/2018).

Baca juga: Kali Pertama, NASA Temukan Batuan Antariksa di Bawah Laut

Batuan yang dipelajari adalah batu genes Idiwhaa yang diprediksi berusia 4,02 miliar tahun dan ditemukan di kompleks Acasta Gneiss, Kanada.

Batu genes atau gneiss merupakan salah satu batuan yang terbentuk karena proses metamorfosisme dari jenis batuan beku.

Batuan Idiwhaa ini memiliki komposisi yang sangat berbeda dari batuan tonalite-trondhjemite-granodiorite yang sering ditemukan di bagian benua tertua.

Batu genes Idiwhaa memiliki lebih sedikit silika dan lebih banyak molekul yang mengandung zat besi tertentu.

Bila para ahli geologi mengamatinya, batuan ini seolah-olah sudah terbentuk karena peleburan parsial dari batuan "mafik" basal yang tua lainnya.

Lantas, bagaimana susunan batuan itu bisa berbeda?

Usia batu genes Idiwhaa menyiratkan bahwa mereka terbentuk selama periode ledakan meteor yang tinggi. Kemungkinan meteorit yang mencapai Bumi ada yang mencair kemudian membentuk batuan genes itu.

Untuk menelitinya, para ahli mulanya mengamati sifat batuan, yang meliputi komposisi, suhu, tekanan, dan seberapa banyak yang mereka butuhkan untuk mencair dan membentuk batuan baru.

Selanjutnya, mereka membuat simulasi komputer yang memperlihatkan dampak ledakan meteor dan meteorit selebar 10 kilometer yang menabrak kerak mafik pada 12 hingga 17 kilometer per detik.

Pada jarak antara 10 sampai 50 kilometer dari benturan dan dengan kedalaman 3 kilometer, kondisi tampaknya sudah matang untuk membentuk batuan genes, di mana suhu yang muncul mencapai 800 hingga 900 derajat Celsius.

Baca juga: Meteorit Kuno Ini Ungkap Asal Usul Kehidupan

"Ide membuat lelehan batuan felsik dengan dampak raksasa tampaknya masuk akan, mengingat sifat energi tinggi dari peristiwa ini dan adanya bopeng di permukaan kuno planet dan bulan," kata Balz Kamber dari Trinity College Dublin yang tidak terlibat dalam penelitian dalam sebuah pernyataan.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau