Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanda Perubahan Iklim Semakin Jelas, Sudah Sadarkah Kita?

Kompas.com - 09/01/2020, 17:32 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Meski tanda-tanda perubahan iklim sudah semakin terlihat dan dirasakan, tetapi masyarakat masih belum menyadari bahwa semua hal itu terkait dengan perubahan iklim.

Peneliti di Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Gusti Ayu Ketut Surtiari mengatakan, banyak masyarakat yang belum menyadari bahwa saat ini kita semua tengah menghadapi perubahan iklim.

Dahulu, petani bisa membaca aktivitas dengan tanda-tanda dari alam, baik itu waktu untuk menanam, memanen dan lain sebagainya.

"Sekarang kan enggak lagi match (sesuai)," kata Ayu dalam sebuah acara bertajuk "Banjir Ibu Kota: Potret Aspek Hidrologi dan Ekologi Manusia", Jakarta, Selasa (7/1/2019).

Baca juga: Ahli LIPI: Banjir Jakarta Bukan Kejadian Rutin, tapi Risiko Bencana

Saat ini, ketika petani memprediksikan waktu menanam, ternyata air dan hujan tidak ada pada akhirnya merugi.

Begitupun, ketika seharusnya panen, kondisi alam kemudian bisa tiba-tiba terjadi curah hujan tinggi dan banjir, maka petani akan merugi kembali.

Namun, meski secara jelas bahwa tanda-tanda alam sudah tidak sesuai dengan pola tanam mereka, banyak di antaranya yang masih tidak menyadari perubahan iklim ini sedang terjadi.

Tidak hanya itu, di perkotaan juga sudah ada tanda-tanda efek dari perubahan iklim, tetapi masih belum disadari masyarakat.

"Yang kita lakukan (penelitian) di Semarang sama Bandung, kata mereka "iya sih tambah panas (cuacanya), tambah panas" tapi mereka masih enggak ngeh (sadar) itu dampak perubahan iklim," kata Ayu.

Hal itu dikarenakan pola pikir masyarakat yang selalu memudahkan pikiran, perubahan kondisi cuaca yang semakin ekstrem itu hanyalah karena pertambahan penduduk ataupun bangunan saja.

Namun, diakui Ayu, bahwa perubahan iklim merupakan masalah global yang memang belum banyak disadari bahkan di negara lainnya.

"Donald Thrump aja enggak percaya, apalagi kita. Tapi sebenarnya hal ini perlu diinformasikan dengan baik," tuturnya.

Baca juga: Curah Hujan Lebih Deras, BMKG Sebut Pemicunya Perubahan Iklim

Adaptasi yang transformatif perlu dilakukan, dengan mengakui kondisi yang terjadi, sekalipun memang kondisi yang ada merupakan kondisi buruk yang terjadi dengan iklim dan alam ini, untuk sama-sama belajar bagaimana menghadapi kondisi yang ada tanpa kebijakan atau tindakan sendiri-sendiri.

Pemahaman yang minim dari ketidaktahuan dan ketidaksadaran adanya perubahan iklim, akan berdampak pada proses pengambilan keputusan yang keliru.

Di dalam adaptasi, terdapat namanya maladaptasi, yang merupakan adaptasi yang dapat menimbulkan risiko baru.

"Maksud hati menghadapi risiko, tapi kita justru menimbulkan risiko baru di masa mendatang, dan itu karena persepsi yang keliru," kata dia.

Sementara, pengambilan keputusan untuk melakukan suatu tindakan termasuk menghadapi perubahan iklim, tergantung dari pengetahun dan persepsi terhadap persoalan itu, dan mempengaruhi adaptasi itu berhasil atau tidak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau