Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/01/2020, 12:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banjir di Jakarta seharusnya bukan lagi permasalahan yang dianggap rutin dan lumrah terjadi. Namun berterus teranglah, banjir di Jakarta adalah risiko bencana alam.

Hal itu disampaikan Peneliti Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Gusti Ayu Surtiari dalam acara bertajuk "Banjir Ibu Kota: Potret Aspek Hidrologi dan Ekologi Manusia", Jakarta, Selasa (7/1/2019).

"Selama ini kita terus menerus bilang banjir Jakarta itu emang rutin. Tapi banjir ini bukan lagi kejadian rutin, tapi sudah menjadi risiko bencana," ujar Ayu.

Mengapa banjir di Jakarta adalah risiko bencana?

Baca juga: Banjir Jakarta 2020, LIPI Sebut 3 Aspek Ini Perlu Diperbaiki

Menurut Ayu, disebut risiko bencana karena intensitas banjir di Jakarta dan sekitarnya terjadi semakin sering.

Selain itu, dampak kerugian juga tidak dapat dipastikan seberapa banyak, apakah terus meningkat atau tidak.

"Lokasi banjir juga bahkan semakin menyebar setiap tahunnya sejak 2007 hingga 2019," kata dia.

Pola kesadaran bahwa banjir tersebut merupakan risiko bencana dianggap Ayu sebagai jalan untuk dapat menyadarkan berbagai elemen masyarakat agar peduli dengan lingkungan dan mengantisipasi potensi dampak membesarnya bencana banjir itu.

Bingkai pemahaman banjir di Jakarta di kalangan pemangku kepentingan, kata Ayu, biasanya bahwa banjir merupakan dampak urbanisasi, permukaan muka tanah, faktor kondisi topografi dan geografis.

"Padahal bencana banjir ini adalah bentuk dampak perubahan iklim yang terjadi, dan mempengaruhi berbagai hal di lingkungan kita," tuturnya.

Masyarakat perlu secara intensif diberikan edukasi dan pemahaman betapa berbahayanya dampak dari perubahan iklim terhadap berbaagai bencana alam, termasuk salah satunya banjir.

Ketika masyarakat ataupun pemangku kebijakan menganggap banjir ini sebagai persoalan rutinitas, maka menurut Ayu, hal mendasar dari bencana dan rusaknya kondisi alam akan terus terjadi.

Hal itu dikarenakan, masyarakat ataupun pemangku kebijakan terfokus pada penyelesaian masalah bencana ini dalam jangka pendek saja.

Padahal, risiko bencana jangka panjang dari akar perubahan iklim seharusnya menjadi prioritas oleh semua elemen masyarakat Indonesia dan dunia.

Data banjir di Jakarta 2020

Selama periode waktu 31 Desember 2019 sampai 1 Januari 2020, curah hujan kategori ektrem yaitu lebih dari 150 milimeter per hari telah dominan terjadi di wilayah DKI Jakarta yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak tahun 1990-an.

Sedangkan, sebaran curah hujan di daerah penyangga seperti wilayah Bogor dan Depok didominasi dengan kategori hujan lebat.

Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) mengumumkan data terakhir per 4 Januari 2020, jumlah korban meninggal akibat banjir dan longsor di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), Banten, dan Jawa Barat mencapai 60 orang. Sejauh ini, dua orang masih dinyatakan hilang.

Sebanyak 409 jiwa menjadi korban terdampak banjir dan longsong, serta lebih dari 173 ribu jiwa terpaksa tinggal di pengungsian.

Sementara itu, data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada Minggu (5/1/2020) menunjukkan cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di beberapa wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan.

Baca juga: BMKG: Sepekan ke Depan Indonesia Berpotensi Cuaca Ekstrem, Ini Daftarnya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

5 Sayuran Berwarna Kuning yang Sangat Sehat

5 Sayuran Berwarna Kuning yang Sangat Sehat

Oh Begitu
Seperti Apa Fosil Laba-laba Terbesar yang Ditemukan di Australia?

Seperti Apa Fosil Laba-laba Terbesar yang Ditemukan di Australia?

Fenomena
Apa yang Membuat Madu Tidak Bisa Membusuk?

Apa yang Membuat Madu Tidak Bisa Membusuk?

Oh Begitu
Mengapa Lidah Jerapah Berwarna Biru?

Mengapa Lidah Jerapah Berwarna Biru?

Oh Begitu
Fakta-fakta Stasiun Luar Angkasa Internasional, 'Rumah' Para Astronaut

Fakta-fakta Stasiun Luar Angkasa Internasional, "Rumah" Para Astronaut

Oh Begitu
10 Makanan Tinggi Vitamin A yang Baik untuk Mata

10 Makanan Tinggi Vitamin A yang Baik untuk Mata

Oh Begitu
Mengapa Buah dan Sayur Berwarna Ungu Sangat Sehat?

Mengapa Buah dan Sayur Berwarna Ungu Sangat Sehat?

Oh Begitu
Berapa Lama Bintang Hidup?

Berapa Lama Bintang Hidup?

Oh Begitu
Manfaat Bit untuk Kesehatan yang Sayang Dilewatkan

Manfaat Bit untuk Kesehatan yang Sayang Dilewatkan

Kita
Virus Baru Ditemukan di Tempat Terdalam di Dunia

Virus Baru Ditemukan di Tempat Terdalam di Dunia

Oh Begitu
Bagaimana Cara Membuat Margarin Bebas Lemak Trans?

Bagaimana Cara Membuat Margarin Bebas Lemak Trans?

Oh Begitu
Bagaimana Warna-warni Muncul di Sayap Kupu-Kupu?

Bagaimana Warna-warni Muncul di Sayap Kupu-Kupu?

Oh Begitu
Usia Berapa Seseorang Merasa Paling Bahagia ?

Usia Berapa Seseorang Merasa Paling Bahagia ?

Kita
Apa Manfaat Pandan untuk Kesehatan?

Apa Manfaat Pandan untuk Kesehatan?

Oh Begitu
Berapa Usia Bintang Tertua di Alam Semesta?

Berapa Usia Bintang Tertua di Alam Semesta?

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com