KOMPAS.com - Banjir di Jakarta seharusnya bukan lagi permasalahan yang dianggap rutin dan lumrah terjadi. Namun berterus teranglah, banjir di Jakarta adalah risiko bencana alam.
Hal itu disampaikan Peneliti Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Gusti Ayu Surtiari dalam acara bertajuk "Banjir Ibu Kota: Potret Aspek Hidrologi dan Ekologi Manusia", Jakarta, Selasa (7/1/2019).
"Selama ini kita terus menerus bilang banjir Jakarta itu emang rutin. Tapi banjir ini bukan lagi kejadian rutin, tapi sudah menjadi risiko bencana," ujar Ayu.
Mengapa banjir di Jakarta adalah risiko bencana?
Baca juga: Banjir Jakarta 2020, LIPI Sebut 3 Aspek Ini Perlu Diperbaiki
Menurut Ayu, disebut risiko bencana karena intensitas banjir di Jakarta dan sekitarnya terjadi semakin sering.
Selain itu, dampak kerugian juga tidak dapat dipastikan seberapa banyak, apakah terus meningkat atau tidak.
"Lokasi banjir juga bahkan semakin menyebar setiap tahunnya sejak 2007 hingga 2019," kata dia.
Pola kesadaran bahwa banjir tersebut merupakan risiko bencana dianggap Ayu sebagai jalan untuk dapat menyadarkan berbagai elemen masyarakat agar peduli dengan lingkungan dan mengantisipasi potensi dampak membesarnya bencana banjir itu.
Bingkai pemahaman banjir di Jakarta di kalangan pemangku kepentingan, kata Ayu, biasanya bahwa banjir merupakan dampak urbanisasi, permukaan muka tanah, faktor kondisi topografi dan geografis.
"Padahal bencana banjir ini adalah bentuk dampak perubahan iklim yang terjadi, dan mempengaruhi berbagai hal di lingkungan kita," tuturnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.