KOMPAS.COM - Fakta yang mengatakan diabetes adalah penyakit orang tua kini mulai bergeser. Bagaimana tidak, WHO mencatat jumlah penyandang diabetes di atas 18 tahun terus meningkat dari 4,7 persen menjadi 8,5 persen.
Apa itu diabetes? Apa penyebab seseorang mengalami diabetes?
Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh kadar gula darah (glukosa) dalam tubuh Anda. Glukosa berperan penting karena merupakan sumber energi bagi sel-sel yang akan membentuk otot dan jaringan di dalam tubuh.
Dilansir dari Mayoclinic (08/08/2018) , glukosa juga berperan sebagai sumber bahan bakar utama otak Anda.
Baca juga: Kata Sosiolog, Diabetes juga Penyakit Sosial, Kok Bisa?
Selain faktor genetik, penyebab yang mendasari diabetes memang bervariasi. Namun jika Anda memiliki banyak gula di dalam darah, maka Anda berisiko terkena diabetes.
Gula bukan hanya dihasilkan dari makanan manis, makanan berlemak dan tinggi karbohidrat juga dapat meningkatkan gula yang berisiko diabetes.
Pendiri komunitas Sobat Diabet, dr Rudy Kurniawan mengatakan bahwa jenis diabetes yang sering terjadi khususnya di usia muda adalah diabetes tipe satu dan tipe dua.
Baca juga: Benarkah Gula adalah Pemicu Utama Diabetes? Ini Kata Ahli
Perbedaan antara diabetes satu dan dua terletak pada insulin yang diproduksi oleh pankreas. Insulin adalah suatu hormon yang berfungsi untuk memastikan kadar gula di dalam tubuh Anda tetap pada batasan normal.
Pada diabetes tipe satu, kondisi pankreas di tubuh Anda tidak memiliki insulin.Sedangkan, pankreas yang dimiliki oleh penyandang diabetes tipe dua menghasilkan insulin, tetapi tidak bisa digunakan.
“Ibaratnya ada kunci ada gembok, insulin itu kuncinya, jika kunci dan gembok ada namun tidak bisa terbuka, maka itu tipe diabetes dua,” ujar Rudy saat ditemui pada acaa Sun Life Resolution Run 2020 di Jakarta (08/01/2020).
Gejala awal diabetes terkadang memang sulit untuk dideteksi. Namun, Rudy mengungkapkan sejauh ini ada tiga gejala klasik diabetes yang sering disebut 3P, yaitu:
• Poliuri, yaitu kondisi sering buang air kecil dengan volume yang banyak
• Polidipsi, yaitu sering kali merasa haus dan ingin minum sebanyak-banyaknya, dan
• Polifagi, yaitu kondisi nafsu makan yang meningkat dan sering merasakan lapar.
Jika tiga hal tersebut terjadi bersamaan, maka diabetes sudah sedikit parah. Oleh karena itu, Rudy mengatakan perlunya melakukan cek gula darah.
Pengobatan untuk diabetes tipe satu akan diberikan insulin kepada penderitanya.
Lain halnya dengan tipe dua, Rudy menegaskan pengobatannya seperti memperbaiki gaya hidup dan mengkonsumsi obat yang diberikan. Jika diabetes yang diderita sudah cukup parah, maka akan ditambahi insulin seperti tipe satu.
Meskipun penyakit ini dapat disembuhkan, penting bagi Anda untuk melakukan pencegahan sejak dini karena diabetes dapat menyerang usia berapapun. Begini cara pencegahan seperti yang diberikan Rudy:
Baca juga: Penderita Diabetes Harus Waspada Neuropati, Kenali Gejalanya di Sini
1. Membatasi gula untuk dikonsumsi dalam sehari
Anda bisa mengonsumsi makanan manis namun tetap harus mengetahui porsinya. WHO telah merekomendasikan maksimal gula tambahan sebesar 25 gram dalam sehari.
”Jadi kalau lebih dari itu (porsi), risiko resistensi insulin itu meningkat, risiko diabetes tipe duanya akan naik. Jadi, meskipun kita sudah olahraga secara teratur tapi tidak diimbangi dengan makan yang baik juga sebenernya risikonya juga akan naik,” tegas Rudy.
Jika Anda berada di sebuah restoran, Rudy menyarankan agar Anda meminta pihak restoran untuk mengurangi atau memisahkan gula dengan minuman yang Anda pesan.
“Karena cenderung kalau kita memisahkan gula, misalkan beli minum gulanya terpisah, orang lain cenderung tidak akan menuangkan semua gulanya, jadi itu perilaku yang sudah ada eksperimennya,” sambungnya.
2. Mengurangi konsumsi terhadap makanan yang berminyak
Rudy juga menyarankan agar Anda tidak banyak mengahabiskan makanan yang berminyak dan berkuah. Selain mengandung minyak, makanan tersebut mengandung garam yang tinggi.
Garam yang tinggi akan meningkatkan risiko hipertensi. Jika hipertensi naik, maka risiko diabetes juga akan naik.
3. Melakukan cek gula darah
Cek gula darah juga dinilai penting karena Anda dapat mengetahui kadar gula di dalam tubuh Anda. Jika Anda berusia lebih dari 40 tahun, maka cek gula darah dapat dilakukan setahun sekali di medical check up.
“Kalau usia 30 tahun kebawah atau usia milenial belum ada rekomendasi khusus sih, tetapi kalau sudah faktor risiko, minimal medical check up pertahun untuk cek gula darah, nanti dibuktikan lebih detail lagi di laboratorium untuk pemeriksaan lebih detail lagi terkait diabtes maupun komplikasinya,” tutup Rudy.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.