Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tambang Emas Disebut Penyebab Banjir Bandang di Banten, Ahli Jelaskan

Kompas.com - 09/01/2020, 08:00 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

"Longsoran ini berantai dari daerah tambang, kemudian membawa material tanah. Mengenai jembatan dan rumah-rumah warga yang ada di kawasan tersebut," jelas Tarsoen.

Sebelumnya, banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten Lebak, Banten telah membuat 3.227 kepala keluarga mengungsi. Selain itu, menyebabkan 3.105 unit bangunan rusak.]

Baca juga: Soal 2 Sekolah Hilang Tersapu Banjir Bandang, Menko PMK: Kita Cari Lokasi Baru

"Penambangan ini lokasinya di atas, sehingga kalau di atas longsor, maka akan menimbun daerah di bawah," jelas Tarsoen.

Tarsoen menjelaskan aktivitas penambangan di daerah pegunungan memiliki risiko yang besar. Apalagi potensi tambang emas yang besar di daerah tersebut telah menjadi mata pencaharian bagi masyarakat sekitar.

Masyarakat di sekitar Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dinilai perlu kembali diingatkan akan pentingnya menjaga kelestarian alam. Program perhutanan nasional, kata Tarsoen, dinilai menjadi cara pendekatan yang tepat kepada masyarakat.

"Intinya, pemerintah dapat mengalihkan masyarakat untuk mencari mata pencaharian lain, yang sama-sama di hutan, tetapi bukan dengan menambang. Misalnya dengan perhutanan sosial," imbuh Tarsoen.

Perhutanan sosial dinilai dapat menjadi peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di kawasan pegunungan. Hal itu, kata dia, telah terbukti sukses dilakukan masyarakat di Pengalengan dan Puncak, Bogor.

"Karena daripada risiko melakukan tambang, akan berakibat tidak hanya kepada dirinya, tetapi kerusakan alam dan rusaknya permukiman serta infrastruktur akibat bencana banjir," sambung Tarsoen.

Baca juga: Ada 178 Hektar Tambang Emas Liar yang Disebut Penyebab Banjir Bandang di Banten

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com