Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gejalanya Mirip, Apakah Selesma Bisa Muncul Saat Terkena Flu?

Kompas.com - 08/01/2020, 20:32 WIB
Amalia Zhahrina,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.COM - Ketika hidung mengeluarkan lendir, mungkin Anda akan menyimpulkan bahwa Anda terserang flu. Namun, tidak semua keluhan tersebut adalah bagian dari flu, bisa jadi sebenarnya Anda terserang penyakit selesma.

Selesma adalah sebuah infeksi yang disebabkan oleh virus rhinovirus, gejala yang ditimbulkan memang mirip dengan flu, seperti hidung tersumbat dan mengeluarkan lendir.

Dilansir dari artikel sains Kompas.com edisi (10/08/2018), perbedaan antara selesma dan flu terletak pada lama gejala yang dialami penderita.

"Pasien influenza dapat terbaring sekitar 5-10 hari dan merasa lemah hingga satu bulan, sedangkan selesma tidak selalu lemah dan pasien masih dapat bekerja," ujar Ahli Imunologi dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD-KAI, FINASIM.

Jika Anda mengalami selesma di saat flu mungkin terdengar sangat buruk. Tetapi untungnya, hal tersebut jarang terjadi.

Baca juga: Libur Panjang Ke Luar Kota? Begini agar Tak Tertular Flu di Pesawat

Apakah selesma dapat terjadi bersamaan dengan flu?

Kondisi selesma yang terjadi bersamaan dengan flu memang terdengar buruk.

Untungnya, studi baru yang dipublikasikan pada 16 Desember dalam jurnal Proceedings of National Academy of Sciences, mengungkapkan bahwa hal tersebut jarang terjadi.

Para peneliti menemukan, sebenarnya jika terkena flu, Anda tidak terlalu berpeluang terkena infeksi virus selesma biasa.

"Apa yang kami temukan adalah bahwa selama musim-musim tertentu ketika Anda memiliki tingkat sirkulasi influenza yang tinggi, Anda cenderung terserang selesma yang disebabkan oleh rhinovirus," ujar pemimpin penelitian, Dr. Pablo Murcia, seorang dosen senior di MRC-Centre for Virus Research di University of Glasgow di Skotlandia,

Ia mengatakannya dalam sebuah video tentang penelitian tersebut.

Murcia juga menjelaskan, para peneliti biasanya mempelajari virus sel dan flu secara terpisah.

"Jika kita memahami bagaimana virus berinteraksi dan bagaimana infeksi virus tertentu dapat mendukung atau menghambat satu sama lain, maka mungkin kita dapat mengembangkan cara yang lebih baik untuk menargetkan virus," sambungnya.

Namun, penderita flu ternyata lebih banyak dibandingkan dengan selesma.

Hal ini ditemukan dalam studi baru, para peneliti menganalisis informasi dari lebih dari 36.000 orang di Skotlandia yang menyediakan lebih dari 44.000 penyeka tenggorokan dan hidung untuk pengujian penyakit pernapasan selama periode sembilan tahun.

Sampel-sampel ini diuji untuk 11 jenis virus pernapasan, seperti rhinovirus, influenza A dan B, virus syncytial pernapasan, dan adenovirus.

Hasilnya, dalam populasi ini, 35 persen dinyatakan positif memiliki setidaknya satu virus, dan 8 persen dinyatakan positif koinfeksi dengan setidaknya dua virus.

Menariknya, analisis komputer dari data menunjukkan bahwa ketika aktivitas flu meningkat di musim dingin, infeksi dengan rhinovirus menurun.

"Satu pola yang sangat mencolok dalam data kami adalah penurunan kasus virus rhinovirus pernafasan yang terjadi selama musim dingin, sekitar waktu aktivitas flu meningkat," kata penulis studi pertama Sema Nickbakhsh, seorang rekan peneliti di Pusat Penelitian Virus.

Terlebih lagi, ketika para peneliti mengamati pasien secara perorangan, mereka menemukan bahwa orang yang terinfeksi influenza A 70 persen lebih kecil kemungkinannya terinfeksi rhinovirus, dibandingkan dengan pasien yang terinfeksi jenis virus lain.

Baca juga: Sering Dianggap Sama, Ini Bedanya Influenza dengan Selesma

Studi baru tidak dapat menentukan alasan untuk efek penghambatan antara virus flu dan rhinovirus. Tetapi para peneliti memiliki teori - virus ini mungkin bersaing satu sama lain dalam upaya mereka untuk mereplikasi dan menyebabkan Anda menderita.

"Kami percaya virus pernapasan mungkin bersaing untuk sumber daya di saluran pernapasan," kata Nickbakhsh, seperti dilansir Live Science (18/12/2019).

Mungkin virus-virus ini bersaing untuk menginfeksi sel-sel tertentu, atau bahwa respons kekebalan seseorang terhadap satu virus membuat virus lain lebih sulit juga menyebabkan infeksi, katanya.

Selain itu, mungkin terdapat faktor-faktor lain yang berperan, seperti orang yang tinggal di rumah ketika mereka sakit, yang dapat mengurangi kemungkinan tertular virus lain.

“Lebih banyak studi diperlukan untuk lebih memahami mekanisme biologis yang mendasari interaksi virus-virus ini,” kata para penulis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau