Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 06/01/2020, 13:01 WIB

"Citra satelit 12 jam terakhir menunjukkan adanya aktivitas konvektif sedang dengan bentuk yang belum terorganisir dengan baik," ujarnya.

Kondisi angin lapisan bawah hingga menengah menunjukkan adanya bentuk sirkulasi siklonal namun masih melebar dengan kecepatan angin maksimum masih berkisar 15-20 knots.

Windshear vertikal kategori kuat berkisar 20-30 knots yang kurang mendukung tumbuh kembang bibit.

Berdasarkan model angin NWP ACCESS-G untuk 24 – 48 jam ke depan, bibit 92S bergerak ke tenggara keluar dari wilayah tanggungjawab TCWC Jakarta dan belum mengalami peningkatan kecepatan angin hingga mencapai intensitas siklus tropis.

Berbeda dengan siklon "91S", siklon "92S" justru potensi menjadi siklus tropis dalam 24-48 jam ke depan masih rendah.

Dampak bibit siklon tropis

Masih menurut Mulyono, bahwa kedua bibit siklon tropis yang saat ini berada dekat dengan wilayah Indonesia dapat berdampak pada kondisi cuaca maupun gelombang laut.

Dampak saat ini yaitu munculnya hujan intensitas sedang hingga lebat dan angin kencang khususnya di wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Tidak hanya itu, di kondisi perairan akan meningkatkan tinggi gelombang laut dengan tinggi 2,5 hingga 4 meter di beberapa wilayah berikut.

  • Perairan selatan Jawa Tengah hingga Selatan Nusa Tenggara Barat
  • Samudera Hindia selatan Pulau Jawa hingga Selatan Nusa Tenggara Barat
  • Perairan Pulau Sumbawa
  • Laut Sawu
  • Perairan Pulau Sabu
  • Perairan Pulau Rote
  • Perairan Utara Nusa Tenggara Timur
  • Laut Flores
  • Perairan Kepulauan Kai hingga Aru

Meskipun demikian, bibit siklon tropis "91S" di Samudera Hindia lebih berpotensi meningkat menjadi siklon tropis dibandingkan "925" di Laut Arafuru.

"Bibit siklon tropis "91S" dalam satu hingga dua hari ke depan berpotensi tinggi menjadi siklon tropis namun bergerak menjauhi wilayah Indonesia," ujar dia.

Ketika bibit siklon tropis bergerak menjauhi wilayah Indonesia, maka akan semakin kecil juga dampaknya mempengaruhi kondisi cuaca dan gelombang laut Indonesia.

"Bibit yang sudah berubah menjadi siklon (tropis) diberi nama blake, dan pengaruhnya masih di daerah yang sama (Bali, NTT, NTB)," kata Mulyono, Senin (6/1/2020).

Baca juga: BMKG: Potensi Hujan Lebat dan Angin di Beberapa Wilayah Indonesia Hari Ini

Untuk diketahui, musim siklon tropis di wilayah sebelah selatan Indonesia biasanya terjadi pada bulan November hingga April. Hal itu bersamaan dengan periode musim hujan di Indonesia, sehingga dapat meningkatkan intensitas curah hujan dan kecepatan angin.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Apakah Hewan Juga Bisa Menopause?

Apakah Hewan Juga Bisa Menopause?

Oh Begitu
Berapa Lama Kura-kura dan Penyu Bisa Hidup?

Berapa Lama Kura-kura dan Penyu Bisa Hidup?

Oh Begitu
5 Manfaat Jus Mengkudu untuk Kesehatan

5 Manfaat Jus Mengkudu untuk Kesehatan

Oh Begitu
Sejak Kapan FIFA Didirikan?

Sejak Kapan FIFA Didirikan?

Oh Begitu
Apa Saja Manfaat Buah Delima untuk Kesehatan?

Apa Saja Manfaat Buah Delima untuk Kesehatan?

Oh Begitu
Si Minions “Arthropoda Tanah” sebagai Penyelamat Tanah yang Butuh Perhatian untuk Generasi Sekarang dan Masa Datang

Si Minions “Arthropoda Tanah” sebagai Penyelamat Tanah yang Butuh Perhatian untuk Generasi Sekarang dan Masa Datang

Fenomena
Hewan-hewan Punah yang Coba Dihidupkan Lagi dengan Teknologi

Hewan-hewan Punah yang Coba Dihidupkan Lagi dengan Teknologi

Oh Begitu
Seberapa Banyak Organ dalam Tubuh Manusia?

Seberapa Banyak Organ dalam Tubuh Manusia?

Oh Begitu
Lebih Sehat Mana Minum Air Dingin atau Hangat?

Lebih Sehat Mana Minum Air Dingin atau Hangat?

Oh Begitu
Mengapa Saat Stres Selalu Ingin Buang Air Kecil?

Mengapa Saat Stres Selalu Ingin Buang Air Kecil?

Oh Begitu
Apa Saja Mamalia yang Bisa Ditemukan di Gunung Merapi?

Apa Saja Mamalia yang Bisa Ditemukan di Gunung Merapi?

Oh Begitu
Apa Saja Makanan yang Baik untuk Berbuka Puasa?

Apa Saja Makanan yang Baik untuk Berbuka Puasa?

Oh Begitu
Indikator Kesejahteraan Lokal

Indikator Kesejahteraan Lokal

Fenomena
Mengapa Anak-anak Bisa Belajar Hal Baru dengan Cepat?

Mengapa Anak-anak Bisa Belajar Hal Baru dengan Cepat?

Oh Begitu
Apakah Efek pada Wajah Saat Berolahraga Memakai Make-up?

Apakah Efek pada Wajah Saat Berolahraga Memakai Make-up?

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+