Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Kota Masa Depan yang Tak Selesai, Tersembunyi di Gurun Arizona

Kompas.com - 02/01/2020, 20:03 WIB
Amalia Zhahrina,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi


KOMPAS.COM - Di tengah gurun Arizona terdapat sebuah kota eksperimental yang dirancang untuk ribuan orang. Namun, kota tersebut kini hanya memiliki beberapa lusin penduduk. Kota ini dinamai Arcosanti.

Selama hampir lima dekade, sebuah kelompok bernama Cosanti Foundation telah bekerja untuk membangun sebuah kota yang akan menginspirasi masa depan desain perkotaan yang baru. Namun hingga hari ini, proyek ini hanya selesai 5 persen.

Kota ini dibayangkan oleh arsitek Italia Paolo Soleri, yang impiannya adalah menciptakan laboratorium perkotaan yang maju di mana kegiatan sehari-hari dapat didukung oleh sumber daya alam bumi.

Soleri menjuluki visinya sebagai "ledakan perkotaan" karena mengacu pada desain yang akan meningkatkan kepadatan dan mengurangi penyebaran dengan menghilangkan mobil dan jalan.

Selain itu, kamar di kota ini akan diterangi oleh sinar alami matahari, bukan lampu.

Baca juga: Mengenal Konsep Kota Pintar yang Jadi Solusi Pembangunan Negara

Karena konstruksi pada Acrosanti telah merana, kota-kota lain dan desainer lainnya telah mulai melampaui ide Soleri. Negara-negara seperti Qatar dan Arab Saudi adalah kota-kota berkembang dengan tabung sampah pneumatik, pekerja robot, taksi drone, dan skywalk bertenaga surya.

Malaysia ingin membangun sebuah kota dengan pabrik-pabrik yang menyiram diri sendiri dan jendela-jendela yang memperbaiki sendiri. Jika komunitas Alphabet yang direncanakan di Toronto membuahkan hasil, mereka bisa menyuguhkan jalan raya yang dipanaskan untuk kendaraan tanpa pengemudi dan sensor bawah tanah.

Jika dibandingkan dengan proyek-proyek tersebut, bangunan Arcosanti yang rendah dengan setengah kubah dan fasad berwarna pasir sekarang terlihat seperti bagian dari desa hippie yang sudah ketinggalan zaman.

Acrosanti(Wolfgang Kaehler/LightRocket/Getty Images) Acrosanti

Tapi ide Soleri jauh dari ketinggalan zaman. Arsitek tersebut mendukung sumber makanan lokal, energi matahari, dan lingkungan yang bisa dilalui dengan berjalan kaki - konsep yang sekarang dianggap sebagai paragraf desain kota.

Dengan visi inklusif dan pendanaan yang tepat, konsep-konsep ini masih memiliki potensi untuk membantu mengatasi masalah seperti perubahan iklim dan kepadatan penduduk.

Perangkap ide-ide mahal dan tenaga kerja murah

SSoleri membayangkan Arcosanti pada akhir 1960-an, ia mendapatkan pujian sebagai seorang murid Frank Lloyd Wright dan seorang yang dilantik ke Museum Seni Modern. Soleri dan istrinya juga mendirikan Cosanti Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang memiliki tanah di mana Arcosanti sekarang berada.

Pada tahun 1970, Soleri mulai membangun struktur Acrosanti pertama. Ia menggambarnya dalam bukunya yang berjudul "Kota dalam Gambar Manusia."

Tanah untuk Arcosanti dibeli dengan pinjaman, namun tenaga kerjanya gratis. Tenaga kerja ini dikumpulkan oleh Soleri seperti para arsitek, jurnalis, pembuat film, dan lainnya yang secara sukarela membantu mewujudkan visinya menjadi hidup.

Namun, banyak konsep arsitek yang ternyata mahal dan sulit dibiayai. Pendanaan berkurang, dan pembangunan situs melambat. Belakangan, pengikut Soleri yang asli mulai berkurang juga.

"Orang-orang asli yang bekerja di sana menjadi frustrasi dan pergi, atau tinggal di sana dan semakin tua dan menetap di apartemen mereka yang nyaman, yang dirancang Soleri untuk menjalani kehidupan yang menyenangkan," tulis James McGirk, mantan peserta lokakarya Arcosanti.

Acrosanti(Wolfgang Kaehler/LightRocket/Getty Images) Acrosanti

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com