Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Fakta Kemarau Panjang dan Kekeringan Parah Tahun 2019

Kompas.com - 31/12/2019, 20:05 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

4. Terjadi karhutla cukup parah

Salah satu dampak kekeringan yang cukup parah pada tahun ini adalah memburuknya kualitas udara lingkungan akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Pada periode Karhutla Agustus - Oktober 2019, BMKG mencatat konsentrasi debu polutan berukuran kurang dari 10 mikron (PM10) di wilayah Sumatera menunjukkan kecenderungan tinggi.

Pada bulan September, konsentrasi semua wilayah di Sumatera melebihi nilai ambang batasnya (150 ug/m). Konsentrasi polutan di atas 450 ug/m terjadi di Pekanbaru pada 22-23 September yang mencapai 483.2 dan 420. 7 ug/m.

Di Palembang tercatat 476.2 dan 490.5 ug/m pada 14-15 Oktober. Hal ini juga terjadi di di Sampit dimana PM10 pada periode ini mencapai konsentrasi 211.2 ug/m.

Pada tanggal 12 - 16 September 2019, konsentrasi harian di Sampit lebih dari 400 ug/m tiap harinya.

Kemarau panjang dan kekeringan tahun ini turut memicu 52 kejadian kebakaran hutan dan lahan dan bencana asap.

5. Berdampak ke sektor pertanian

Kekeringan yang terjadi juga berdampak pada sektor pertanian, sumber daya air, kehutanan dan lingkungan pada tahun 2019.

Hal tersebut uga juga turut dipicu oleh fenomena Anomali Positip Suhu Muka Laut Pasifik Bagian Tengah (El Nino) yang aktif dari September 2018 hingga Juli 2019 di Samudera Pasifik ekuator bagian tengah.

Ilustrasi sawah kekeringan saat musim kemarauDok. Humas Kementan Ilustrasi sawah kekeringan saat musim kemarau

Diikuti pula oleh fenomena Anomali Suhu Muka Laut di Samudera Hindia di mana Suhu Muka Laut di timur Afrika lebih hangat dibandingkan dengan suhu muka laut di Barat Daya Sumatera (IOD+) yang menguat sejak April 2019 hingga Desember ini.

6. Berdampak musim hujan datang terlambat

Kedua fenomena kopel atmosfer lautan dari sebelah timur dan sebelah barat Indonesia itu memiliki andil dalam membuat musim kemarau bertambah panjang dan kuat serta menjadikan musim hujan datang terlambat tahun ini.

Meskipun, BMKG sudah dengan baik merilis awal musim kemarau dan potensi kekeringan tahun 2019 yang dapat berdampak pada beberapa sektor terkait.

"Sehingga diperlukan peningkatan sinergitas multipihak dalam mengantisipasi dampak musim kemarau periode berikutnya," kata Prof Dwikorita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau