Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Strategi Turunkan Angka Resistensi Antimikroba di Indonesia

Kompas.com - 27/12/2019, 12:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

"Dengan begitu, tahu bakterinya yang tinggi mana, terus berapa banyak pengguna antibiotik sembarangan dan salah porsinya, jadi kita bisa spesifik mengatasi itu," ujarnya.

3. Melakukan pencegahan

Banyak hal yang sebenarnya bisa dilakukan terkait menghindari terjadinya resisten antimikroba dalam tubuh. Setidaknya, kata dr Hari, Anda bisa melakukan beberapa hal seperti melakukan vaksinasi atau imunisasi dan mencuci tangan.

Pencegahan infeksi dengan vaksin atau imunisasi juga dibutuhkan, meskipun sebagian orang menilai bahwa imunisasi itu tidak diperlukan.

Bagi dr Hari, vaksinasi (imunisasi) akan membuat bakteri atau virus yang menyerang tubuh, bisa mati di dalam tubuh karena proteksi dari imunisasi.

"Misalnya, saya tidak punya imunisasi atau vaksin, virus itu akan berkembang di tubuh saya dan menular kemana-mana. Itulah bagi saya pentingnya imunisasi," tuturnya.

Berikutnya, biasakan mencuci tangan sebelum makan, atau setelah melakukan sesuai yang mengundang bakteri menempel di tangan Anda.

4. Monitoring penggunaan antibiotik

Resisten antimikroba (AMR) terjadi pada umumnya karena organisme jahat di dalam tubuh sudah tidak mempan lagi menerima serangan dari obat yang ada.

Hal itu, pada umumnya bermula dari penggunaan antibiotik yang sembarangan dan terus-menerus tanpa diketahui kepentingan mengonsumsi antibiotik tersebut.

"Itu penggunaan antibiotik harus lebih dimonitor, supaya lebih betul cara menggunakannya (mengkonsumsi), dokter juga tidak boleh salah lagi dalam memberikan resep pemakaian antibiotik pada sakit yang diderita pasien," tuturnya.

5. Standarisasi antibiotik

dr Hari menegaskan, semua hal yang diharapkan termasuk mempercepat penekanan kasus AMR, ujung tombaknya ada pada kebijakan yang diambil oleh pemerintah.

Oleh karena itulah, pemerintah memiliki kewajiban untuk membuat standarisasi mengenai antibiotik tersebut. Selama ini belum ada standarisasi yang pasti mengenai penggunaan antibiotik di Indonesia.

"Selain itu juga membuat studi antibiotik baru, alat dianostik baru, treatment baru, dan metodologi pengobatan baru terkait resisten antimikroba ini," tegasnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau