Kata Manjer adalah salah satu dari 90 nama julukan Matahari di Jawa. Manjer memiliki yang sama dengan transit Matahari atau istiwa’, situasi saat Matahari mencapai titik kulminasi atas dalam peredaran semu hariannya.
Kulminasi atas Matahari sesungguhnya terjadi setiap hari dan bukan merupakan peristiwa langit yang cukup unik dari perspektif astronomi. Namun manakala peristiwa Gerhana Matahari Total yang sangat langka terjadi kala sang Surya sedang manjer terlebih di penghujung bulan Ramadhan pada daerah yang sebagian besar penduduknya memeluk Islam, kesan yang ditimbulkannya akan luar biasa dan menginspirasi.
Lebih dari seabad kemudian, Panjer telah berkembang meluas dan terstruktur. Nama Panjer menyeruak ke pentas sejarah saat Sultan Agung mempersiapkan invasi ke Batavia yang dikuasai VOC dari Belanda.
Tersebut Ki Bagus Badranala yang menyiapkan keperluan logistik dan sumberdaya manusia untuk mendukung invasi tersebut dalam kurun 1627-1629 TU. Atas jasa-jasanya, Ki Bagus Badranala dikukuhkan sebagai Ki Gede Panjer Roma pada 21 Agustus 1629. Berselang 13 tahun kemudian ia dilantik menjadi Panembahan Badranala sebagai Bupati Panjer yang pertama.
Bahwa dua abad kemudian terjadi gempa politik di tanah Jawa seiring meletusnya Perang Jawa (Perang Dipanegara) yang demikian menghancurkan, yang memaksa berubahnya nama Kabupaten Panjer menjadi Kabupaten Kebumen, hal itu tidak menghilangkan ketokohan Panembahan Badranala.
Tanggal 21 Agustus 1629 pun kini ditetapkan sebagai Hari Jadi Kab. Kebumen.
Hingga saat ini, belum ditemukan bukti tertulis maupun cerita tutur (lisan) terkait asal-usul nama Panjer dan peristiwa Gerhana Matahari Total di tengah siang bolong.
Namun dalam sudut pandang toponomi, yakni cabang ilmu pengetahuan yang menguak hubungan antara fenomena alam setempat dengan nama tempat tersebut, hal itu tetap berterima.
Terdapat banyak tempat di tanah Kebumen yang mengandung nama karang- yang secara tertulis maupun lisan belum juga diketahui asal-usulnya. Namun dengan pendekatan toponomi, kata karang- yang melekat pada nama tempat-tempat tersebut terbukti merepresentasikan fenomena alam setempat terkait pegunungan/perbukitan dan formasi-formasi batuan yang khas.
Seberapa langkanya peristiwa Gerhana Matahari di bagian tengah tanah Jawa khususnya di Kebumen? Dalam kurun waktu lima abad terakhir, hanya ada tiga peristiwa Gerhana Matahari Total yang zona umbranya melintasi daerah ini.
Selain Gerhana Matahari Total 7 April 1502 M, ada Gerhana Matahari Total 24 Juli 1683 M dan Gerhana Matahari Total 11 Juni 1983 M. Dua Gerhana Matahari itu terjadi di pagi hari dan hanya Gerhana Matahari Total 7 April 1502 Myang terjadi pada saat manjer.
Selain manjer, nama julukan Matahari lainnya bagi orang Jawa, khususnya di tanah Jawa bagian tengah, adalah coblong, pagowong dan bagowong. Ketiga-tiganya adalah nama julukan spesifik bagi sebuah peristiwa langit yang sama, yakni Gerhana Matahari Total.
Khusus Coblong, terdapat satu daerah yang menyandang nama demikian. Tetapi uniknya berada di ujung barat tanah Jawa, tempat yang menjadi peraduan budaya Sunda. Coblong adalah sebuah daerah penting di pusat Kota Bandung, terletak di sisi utara Gedung Sate yang menjadi pusat pemerintahan propinsi Jawa Barat dan menaungi dua kampus perguruan tinggi termasyhur: Institut Teknologi Bandung dan Universitas Padjadjaran.
Kota Bandung terletak di dalam Cekungan Bandung, yang secara geologis merupakan daratan bekas dasar danau purba. Danau Bandung namanya, atau diromantisasi sebagai Situ Hyang.
Dalam buku Bandung Purba, T Bachtiar memaparkan Danau Bandung terbentuk sekitar 105.000 tahun silam kala terjadi letusan dahsyat Gunung Sunda yang memuntahkan sekitar 110 kilometer kubik magma, setara batuan dengan 60 persen di antaranya merupakan material vulkanik berat yang mengalir ke timur laut, selatan dan baratdaya sebagai awan panas letusan dan seruakan (surge).