Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hampir 30.000 Babi di Sumut Mati karena Demam Babi Afrika, Wabah Asia

Kompas.com - 20/12/2019, 10:57 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Rabu (18/12/2019), Kementerian Pertanian mengatakan, hampir 30.000 babi mati karena wabah demam babi Afrika atau flu babi Afrika di Sumatera Utara.

Virus ini diperkirakan akan memusnahkan lebih dari separuh babi ternak tahun ini.

Australia kini sangat khawatir dan memperketat langkah-langkah pengamanan biologis untuk berjaga dari flu babi ini.

Sekalipun tidak berbahaya bagi manusia, penyakit ini bisa membunuh babi dalam beberapa hari, dan kemungkinan kematian mencapai 100 persen menurut Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE).

Baca juga: Apa Itu African Swine Fever, Penyebab Kematian 20.500 Babi di Sumut?

Virus ini termasuk kuat, dan bisa hidup selama tujuh hari tanpa inang, dan bertahan berbulan-bulan dalam produk babi yang dibekukan.

Negara mana yang sudah melaporkan wabah?

China merupakan yang terbesar saat ini, tetapi penyebaran sedang terjadi di Asia Tenggara, dan yang terburuk di kawasan ini adalah Vietnam dan Filipina.

Pengamat dari Rabobank memperkirakan produksi daging bagi Vietnam akan turun 21 persen tahun ini, bertambah 8 persen tahun depan.

Penurunan di Filipina bisa mencapai 13 persen pada tahun 2020. Rabobank juga mencatat penurunan di China hingga 55 persen tahun ini.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan kepada wartawan, virus itu berhasil dibatasi di Sumatra Utara.

"Penanganan yang sangat serius sedang dilakukan, termasuk mengisolasi area-area tersebut," ujarnya.

Penyakit ini juga terdeteksi di Mongolia, Kamboja, Korea Selatan, Korea Utara, Myanmar dan Timor Leste menurut Bbadan pangan PBB FAO.

Di luar Asia, demam babi ini ditemukan di sebagian Eropa Timur dan Afrika sub-Sahara.

Bagaimana negara lain merespon?

Australia yang terkenal ketat dalam keamanan biologis mereka menghabiskan anggaran 66 juta dollar AUD (lebih dari Rp 637 miliar) guna menangkal virus tersebut.

Namun dalam enam bulan terakhir, pihak berwenang Australia telah menyita 32 ton produk daging babi dari tas penumpang dan paket kiriman.

"Dari situ, 49 persen di antaranya ada yang mengidap demam babi Afrika," kata Margo Andrae, direktur Australian Pork Limited.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau