Salah satu teori menyatakan bahwa penyebab penyakit endometriosis adalah adanya kelainan endometrium.
Sementara, endometrium merupakan lapisan terdalam pada rahim dan tempat menempelnya ovum yang telah dibuahi.
Pada fase menstruasi, terjadinya peluruhan dinding rahim atau pembuluh darah yang terdapat di dalam lapisan endometrium tersebut.
Namun, pada saat terjadi kelainan endometrium yang menyebabkan endometriosis, peluruhan dinding rahim tersebut justru mengalir balik menuju rongga perut dan mengalami perlekatan dan tumbuh berkembang di daerah peritoneum.
Gejala penyakit endometriosis berkaitan dengan keluhan nyeri saat haid, nyeri saat masa subur, nyeri saat buang air kecil dan besar, perdarahan abnormal, nyeri panggul kronis, kelelahan, dan infertil.
Menurut Okta, wanita dengan endometriosis yang berakibat hingga infertilitas terjadi karena lamanya waktu penyakit yang satu ini dapat terdiagnosis.
"Dan sayangnya penyakit ini terdiagnosis setelah 12 tahun menderita penyakit tersebut," kata dia.
Oleh sebab itulah, dalam penelitiannya Okta mencoba untuk memanfaatkan genetika yang disebut dengan Gen Pengkode Nyeri, yang mana hal ini dijadikan pengembangan deteksi dini penyakit endometriosis tanpa tindakan operasi.
Penelitian ini telah menganalisis gen-gen pengkode nyeri yang ditinjau dari aspek genetik dan epigenetik pada penderita endometriosis.
Baca juga: Misteri Tubuh Manusia: Kenapa Selalu Muncul Jerawat Sebelum Haid?
Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui bagaimana patogenesis penyakit endometriosis berdasarkan aspek genetik dan epigenetik, sehingga dapat menentukan pengobatan yang tepat terkait keluhan nyeri.
Selain itu, penemuan terpenting dalam penelitian ini adalah telah ditemukannya gen yang paling berpotensi menjadi biomarker dalam endometrium, dimana penderita endometriosis dengan keluhan nyeri tersebut dapat didiagnosis.
"Dapat diterapi lebih awal dengan pemeriksaan gen tanpa melakukan tindakan operasi," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.