KOMPAS.com - Wanita terbukti lebih rentan mengalami penyakit jantung dibanding pria.
Banyak faktor risiko yang membuat wanita lebih mungkin mengalami penyakit jantung. Beberapa di antaranya adalah menopause, memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes, dan autoimun, juga kekurangan hormon estrogen.
Namun perlu diketahui, penyakit jantung yang dialami wanita ada beberapa jenis. Di mana memiliki gejala dan tanda yang berbeda.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Kardiovaskular Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr. dr. Sally Aman Nasution, Sp.PD, KKV menyebut ada tiga jenis penyakit jantung pada wanita dengan angka kematian yang terbilang tinggi.
Baca juga: Kenapa Wanita Lebih Rentan Mengidap Penyakit Jantung?
Penyakit jantung koroner
Sally mengatakan, kematian akibat penyakit jantung koroner lebih tinggi dibandingkan kanker payudara pada wanita. Bahkan, 10 kali lipat lebih tinggi.
Sebagai perbandingan, dari 31 wanita dengan kanker payudara, hanya satu orang yang meninggal dunia karenanya.
Sementara itu, satu dari tiga wanita dengan penyakit jantung koroner dinyatakan meninggal dunia.
Namun, hingga saat ini belum ada studi yang berhasil menyebut secara spesifik gejaa penyakit jantung koroner.
Sebuah studi yang mempelajari 515 wanita dengan penyakit jantung koroner menyebut, gejala yang dialami tidak sespesifik pada pria.
Berikut beberapa gejala yang ditemukan dalam studi tersebut:
Serangan jantung
"Seorang wanita kemungkinan meninggal pada tahun pertama setelah serangan jantung, lebih tinggi dibandingkan pria," kata Sally dalam sebuah acara bertajuk Waspadai Penyakit Jantung pada Wanita dari Philips, Jakarta, Rabu (11/12/2019).
Oleh karena itu, menuju rumah sakit sesegera mungkin dapat mengurangi kerusakan jantung dan meningkatkan angka peluang untuk hidup.
Penyakit jantung kongenital
Dikatakan Sally, bayi perempuan lebih banyak lahir dengan penyakit jantung kongenital (kelainan jantung bawaan). Meski demikian, banyak di antara mereka yang hidup sampai dewasa.
Sebagian besar dapat diterapi dengan baik, tetapi dibutuhkan perawatan ekstra dalam perencanaan kehamilan.
Terapi diperlukan kolaborasi antara dokter spesialis penyakit dalam konsultan kardiovaskular dan dokter kandungan.
Agar bayi tidak lahir dengan kelainan jantung bawaan, ibu harus melakukan ini:
Kehamilan sering disebut sebagai stress berat bagi jantung, karena dapat meningkatkan beban jantung sekitar 30-50 persen.
Wanita dengan riwayat penyakit jantung atau memiliki risiko seperti hipertensi atau obesitas diharuskan untuk memeriksakan kesehatan jantungnya selama kehamilan dan seterusnya.
Seperti lingkaran setan, kata Sally, faktor risiko hipertensi juga dapat memicu berbagai kondisi komplikasi lainnya dalam tubuh.
Berkaitan dengan hipertensi pada masa kehamilan, medis menyebutnya Preeklampsia, yaitu hipertensi onset baru setelah usia kehamilan diatas 20 minggu dengan adanya proteinuria dan end-organ dysfunction.
Baca juga: Kenali Jantung Koroner, Jenis Penyakit Jantung yang Paling Umum
"Makanya ada yang namanya hipertensi jantung, nah wanita yang mengalami itu, tidak dianjurkan hamil," jelasnya.
Menurut penelitian, wanita dengan preeklampsia memiliki risiko 3,7 kali untuk mengalami hipertensi 14 tahun setelah kehamilan, 2,16 kali berisiko untuk penyakit jantung koroner setelah 12 tahun dan 1,8 kali untuk risiko stroke setelah 10 tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.