Sampah plastik merupakan sumber utama senyawa berbahaya yang disebut dioksin. Pembakaran yang tidak sempurna menyebabkan munculnya dioksin sebagai hasil samping reaksi.
Dioksin adalah kelompok senyawa kimia berbahaya yang terdiri dari beberapa golongan, seperti senyawa polychlorinated dibenzodioxins (PCDDs), polychlorinated dibenzofurans (PCDFs), dan polychlorinated biphenyls (PCBs).
Selain itu, PCDDs dan PCDFs mengkontaminasi lingkungan akibat dari produksi dan penggunaan bahan kimia tertentu pada industri bubur kertas (pulp) dan kertas.
Kemungkinan terjadinya paparan dioksin terhadap manusia dapat melalui beberapa cara, yaitu melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan secara tidak langsung dari tanah yang terkontaminasi, penyerapan oleh permukaan kulit, dan konsumsi pangan.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menerbitkan laporan ihwal dampak buruk bagi manusia (jangka pendek dan jangka panjang) akibat paparan oleh dioksin dengan konsentrasi yang tinggi. Dalam jangka pendek paparan dioksin dapat menyebabkan lesi kulit (chloracne) atau jaringan kulit tidak normal.
Sedangkan pada jangka panjangnya dapat mengakibatkan berbagai keracunan seperti keracunan pada imunitas, perkembangan, termasuk perkembangan saraf. Selain itu, pengaruh lainnya adalah gangguan fungsi hormon tiroid, steroid, dan reproduksi, hingga ancaman kanker.
Bila di Vietnam paparan racun dioksin akibat perang, di Indonesia karena buruknya pengelolaan sampah plastik dan kebijakannya.
Riset oleh IPEN, jaringan global untuk kepentingan publik dan organisasi non-pemerintah (lebih dari 500 LSM dari 116 negara) yang bekerja untuk menciptakan masa depan yang bebas racun, harus dimaknai sebagai peringatan dini yang penting.
Arif Nur Muhammad Ansori
Ph.D. Candidate in Veterinary Science, Universitas Airlangga
Artikel ini ditayangkan di Kompas.com berkat kerja sama dengan The Conversation Indonesia. Tulisan di atas diambil dari artikel berjudul "Mengapa kita tidak perlu terlalu berlebihan menyikapi hasil riset telur ayam tercemar dioksin di Sidoarjo?". Isi di luar tanggung jawab redaksi Kompas.com.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.