KOMPAS.com - Pertama kali dalam sejarah, ahli biologi kelautan berhasil mencatat detak jantung paus biru di alam liar.
Hasil pencatatan itu juga berhasil menunjukkan kalau ternyata jantung membantu cetacea tersebut menahan napas dalam waktu yang lama.
Studi yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences, Senin (25/11/2019), mengungkap pula bagaimana paus biru dapat mengerahkan energi untuk paru-paru ketika kembali ke permukaan dengan cepat.
Paus biru merupakan mahluk terbesar yang hidup di planet ini. Mamalia akuatik tersebut memiliki panjang hingga 30 meter dengan berat mencapai 173 metrik ton atau 172.365 kilogram. Atau setara dengan 28 gajah Afrika yang merupakan hewan darat terbesar.
Baca juga: Langka, Begini Jadinya kalau Paus Beluga Kawin dengan Narwhal
Mengingat ukuran pasu biru yang sangat besar, para ahli biologi kelautan di seluruh dunia selalu kesulitan mencatat detak jantung mereka.
Jeremy Goldbogen, peneliti dari Stanford University bersama tim pun mengembangkan elektrokardiogram (EKG) yang dapat ditempel pada paus biru seperti mangkuk isap (suction cup).
"Tantangannya kami harus melakukannya dengan tepat. Mulai dari menemukan paus biru, menempelkan alat di tempat yang sesuai, dan memastikannya berfungsi serta merekam data," kata Goldbogen, dilansir Gizmodo, Seni (25/11/2019).
Para peneliti pun berhasil memasang perangkat mereka di sebelah sirip paus biru jantan berusia 15 tahun di Monterey Bay, California.
Perangkat tersebut mampu melacak ritme jantung paus saat menyelam hingga kedalaman 184 meter hingga saat hewan tersebut berada di dalam air selama hampir 17 menit.
Saat melakukan penyelaman yang dalam, detak jantung paus melambat hingga sekitar 4-8 detak per menit (bpm).
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.