KOMPAS.com - Resistensi Antimikroba (Antimicrobial Resistance/AMR) dapat digolongkan menjadi bencana multisektoral, karena bisa berpengaruh kepada manusia dan hewan sekalipun. AMR berkaitan dengan kemampuan individu untuk mengobati infeksi serius, dan butuh prosedur medis yang relevan.
Dokter anak Purnamawati Sujud SpA, mengatakan bahwa resisten terhadap antimikroba dapat menyebabkan kemampuan pulih individu (manusia atau hewan) dari penyakit yang disebabkan oleh mikroba (virus, bakteri, jamur, parasit, protozon) akan sulit dilakukan.
Untuk diketahui, ada dua alasan utama mengapa antimikroba tidak dapat menyembuhkan infeksi.
- Antimikroba bukan pengobatan yang tepat atau telah digunakan secara tidak sesuai.
- Kuman penyebab infeksi telah menjadi resisten terhadap pengobatan, dalam proses yang disebut resistensi antimikroba (AMR).
Setiap kali kita menggunakan antimikroba seperti antibiotik untuk mengobati infeksi pada manusia, hewan dan tanaman, kuman-kuman ini memiliki kesempatan untuk menjadi kebal terhadap pengobatan tersebut. Akibatnya, antimikroba semakin tidak efektif seiring berjalannya waktu.
AMR telah menyebabkan kegagalan pada pengobatan. Tanpa antimikroba yang efektif, akan lebih banyak lagi manusia, hewan dan tanaman yang berisiko mati karena infeksi.
dr Wati menjelaskan bahwa saat ini dunia sudah mengalami kembali fase pre-antibiotik. Maksudnya adalah zaman dimana antibiotik belum ditemukan.
Hal itu menurutnya karena tingkat morbidity (kesakitan) yang disebabkan oleh mikroba, dan tak dapat diobati bahkan cenderung meningkat per tahun yaitu sekitar 700 ribu orang.
"Masanya kita saat ini sudah berubah, kita seperti diplantingkan kembali pada masa sebelum antibiotik ditemukan," kata Wati dalam acara pekan kesadaran antibiotik sedunia 2019 di Lampung, Kamis (21/11/2019).
Padahal antimikroba itu ada untuk mengobati penyakit yang disebabkan organisme mikroba itu, biar membunuh atau menghambat laju pertumbuhan mikroba yang menyerang daya tahan tubuh.
Baca juga: Makhluk Tercerdik itu Bernama Mikroba
Secara sederhana, dicontohkan oleh Wati, yaitu penyakit TBC di Indonesia yang saat ini menjadi nomor tiga jumlahnya terbanyak di dunia.
"Kenapa itu terjadi? Soalnya mengobati pasien TBC itu susah sekali, mereka banyak yang mengalami resisten (AMR). Kita sudah ada antimikroba, tetapi karena mereka sudah ada resisten antimikroba, makanya mesti nyari lagi harus pakai apa mengobati organisme yang menyerang itu," ujarnya.
Penyebaran resistensi antimikroba ini juga dapat berisiko dialami siapa saja pada usia berapa saja termasuk bayi. Hal itu bisa terjadi karena ibu yang mengandung memiliki resistensi terhadap antimikroba, jadi meskipun bayi belum diberikan antimikroba atau antibiotik sekalipun.
Jika hal itu terus terjadi dan tidak segera dilakukan penanganan secara optimal secara global, AMR diprediksi akan menjadi pembunuh nomor satu di dunia pada tahun 2050, dengan tingkat kematian mencapai 10 juta jiwa per tahun.
Tidak jauh berbeda dengan manusia, mekanisme antimikroba juga terjadi pada hewan.
Biasanya, hewan terutama ternak saat sedang sakit diberikan antibiotik oleh pemilik ternak, dengan tujuan hewan ternak mereka sehat dan bisa berproduksi dengan baik.
Namun, hal tersebut juga justru membuat hewan ternak seperti unggas (ayam) mengalami resisten terhadap antimikroba. Jika ayam sakit, pemberian antimikroba tidak akan mempan, dan pelaku peternakan sangat mungkin dapat kehilangan seluruh hewan ternaknya.
Bahayanya lagi, penyakit yang diderita hewan tersebut juga bukan tidak mungkin berpengaruh kepada kesehatan manusia. Misalnya ketika infeksi yang terjadi pada hewan menyebar ke manusia.
Baca juga: Kenali Resistensi Antibiotik, Satu dari 10 Besar Ancaman Kesehatan Global
Berikut cara mencegah diri agar terhindar dari resisten antimikroba:
1. Pada manusia. Sebaiknya melakukan gaya hidup sehat, atau mengubah perilaku hidup sehat dengan selalu mencuci tangan saat akan melakukan aktivitas apapun terutama makan.
Selain itu, jika Anda sakit, pastikan untuk tidak langsung mengonsumsi obat antibiotik. Konsultasikan dahulu dengan dokter mengenai obat apa yang sebaiknya Anda konsumsi.
2. Pada hewan. Sebagai peternak yang memproduksi pangan, Anda memiliki peran yang sangat penting dalam penyediaan pangan bagi dunia.
Penggunaan antimikroba yang bijak dan bertanggungjawab dengan mengikuti resep dan saran dari dokter hewan, paling tidak tunggu minimal seminggu.
Setelah pemberian antibiotik barulah hewan boleh untuk dikonsumsi manusia. Pisahkan hewan yang sakit dan tidak. Peternak perlu dan pengendalian infeksi (infection prevention and control), juga terdapat implementasi biosekuriti 3 zona, vaksinasi secara tepat, dan perilaku hidup bersih dan sehat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.