KOMPAS.com - Ular piton sanca kembang ramai dibicarakan setelah menghebohkan warga Candi Lempung, Surabaya, dan juga Lamongan, Jawa Timur.
Penangkapan ular sanca kembang di Surabaya terjadi Sabtu (16/11/2019) pukul 23.00 WIB. Awalnya satpam perumahan yang sedang patroli melihat ada seekor ular sanca kembang di dasar sungai.
Seorang warga bernama Mariyadi (41) berhasil menaklukkan ular tersebut setelah berjibaku selama 15 menit.
"Saya pegang ekornya, saya tarik," kata Mariyadi dilansir Tribunnews.com, Minggu (17/11/2019).
Dikatakan Mariyadi, ular tersebut sempat membelit lehernya selama satu menitan.
Dibantu warga lain, ular tersebut berhasil ditaklukkan dengan menjepit kepala ular menggunakan alat besi berbentuk T.
Saar ular mulai tak berkutik, warga lantas membuntan kepala ular dengan lapisan selotip lakban.
Lantas, apakah cara yang dilakukan Mariyadi sudah tepat?
Baca juga: Seekor Ular Raja Kena Penyakit Jamur dan Bikin Wajahnya Mirip Mumi
Menjawab pertanyaan ini, peneliti bidang herpetologi LIPI Amir Hamidy mengatakan, cara menangkap ular berbisa dan tidak berbisa, berbeda.
Ular sanca kembang atau dikenal juga dengan sanca batik (Malayopython reticulatus) merupakan jenis ular dari keluarga Pythonidae yang berukuran besar dan memiliki tubuh terpanjang dibanding ular lain.
"Sanca kembang bukan ular berbisa. Dia ular terbesar di dunia," kata Amir dihubungi Kompas.com, Senin (18/11/2019).
Untuk penangkapan ular tidak berbisa, memang risikonya tidak sebesar menangani ular berbisa.
Namun perlu dicatat, penanganan ular tidak berbisa seperti sanca kembang tidak boleh hanya dilakukan satu orang.
"Menangani piton lebih dari tiga meter, kalau cuma satu orang akan kewalahan. Paling tidak minimal dua orang," ujar Amir.
Selain itu yang perlu diingat, ular akan menyerang ketika dia stres.