Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Fenomena Langka Transit Merkurius yang Terjadi Semalam

Kompas.com - 12/11/2019, 11:47 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Kemarin malam (11/11/2019) muncul fenomena langka di langit yang bernama Transit Merkurius.

Marufin Sudibyo, astronom amatir Indonesia menjelaskan, Transit Merkurius adalah fenomena mirip gerhana Matahari yang terjadi saat Bumi - Merkurius - Matahari berada dalam satu garis lurus syzygy.

"Segaris lurus secara tiga dimensi, dengan Merkurius ada di tengah-tengahnya (Bumi dan Matahari)," jelas Marufin kepada Kompas.com, Selasa (12/11/2019).

Ketika fenomena ini terjadi, Merkurius yang berukuran kecil tetap menghalangi sebagian cahaya matahari yang mengarah ke Bumi.

Baca juga: Fenomena Cuaca Langka, Ribuan Telur Es Selimuti Pantai di Finlandia

Selain itu, ukuran Merkurius yang sangat kecil membuat wajah Matahari yang tertutup juga sangat kecil.

"Inilah kenapa disebut transit, bukan gerhana," terang Marufin.

Marufin menjelaskan, Transit Merkurius sangat langka karena hanya terjadi 13 sampai 14 kali dalam seabad. Ini berbeda dengan fenomena gerhana Matahari yang bisa terjadi setiap tahun, meski di lokasi berbeda-beda.

"Transit Merkurius terakhir yang dialami Indonesia terjadi pada 2006. Transit Merkurius sebelum tadi malam, terjadi pada 2016. Transit berikutnya akan terjadi pada 2032 mendatang," kata Marufin.

Marufin menambahkan, fenomena Transit Merkurius yang terjadi kemarin malam tidak terlihat dari Indonesia. Sebab, peristiwa ini terjadi mulai pukul 19.35 WIB sampai 1.04 WIB dini hari, di mana langit gelap.

Manfaat Transit Merkurius

Selain langka, Transit Merkurius dikatakan Marufin mengandung nilai ilmiah sangat tinggi.

Di masa silam, fenomena Transit Merkurius menyajikan kesempatan untuk mengukur jarak Bumi-Matahari dengan tingkat ketelitian sangat tinggi.

"Cukup dengan mengamati kapan transit dimulai dan kapan berakhir dari dua lokasi berbeda, satu di kawasan lintang tinggi dan satu di kawasan khatulistiwa, maka jarak Bumi-Matahari pada saat Transit Merkurius terjadi dapat diukur," jelas Marufin.

Untuk di masa modern, fenomena Transit Merkurius membawa lebih banyak manfaat.

Pada prinsipnya dengan mengukur kapan jam dimulainya transit Merkurius dan jam berakhirnya transit Merkurius dari berbagai tempat di penjuru permukaan Bumi akan diperoleh berbagai informasi.

Berikut beberapa di antaranya:

1. Mengetahui detail variasi periode rotasi Bumi

Marufin berkata, fenomena Transit Merkurius dapat membantu mengetahui lebih detil variasi dalam periode rotasi Bumi.

Ya, rotasi Bumi kita sejatinya tak tepat benar bernilai 23 jam 56 menit, kadang ada lebihnya dan kadang ada kurangnya dari waktu ke waktu.

Dari pengukuran durasi Transit Merkurius (dimulai hingga berakhir) dapat diketahui nilai paralaks Matahari, sehingga jarak Bumi ke Matahari juga dapat diukur.

Darinya kita bisa memperoleh nilai 1 Satuan Astronomi (SA) yang lebih teliti sehingga skala tata surya kita pun dapat diketahui lebih baik dengan mengacu hukum Kepler 3.

Dari pengukuran sejenis juga bisa diketahui nilai periode rotasi Bumi yang lebih teliti dengan mengacu kepada Matahari.

Hasil pengukuran periode rotasi ini selalu berbeda antara satu peristiwa transit dengan peristiwa transit lainnya, meski perbedaannya tidak besar (dalam orde detik).

"Perbedaan ini menunjukkan rotasi Bumi bersifat dinamis karena tidak hanya dipengaruhi oleh dirinya sendiri namun juga oleh benda-benda langit yang menjadi tetangganya. Terutama Bulan dan kedua planet tetangga yang masif (Venus dan Jupiter)," ungkap Marufin.

Jadi singkatnya hanya dengan mengukur kapan awal transit terjadi dan kapan akhir transit terjadi, akan diperoleh data berakurasi tinggi yang bermanfaat untuk banyak hal.

2. Menguak misteri atmosfer yang sangat tipis

Transit Merkurius di masa kini juga memungkinkan kita menguak misteri atmosfer sangat tipis dari planet terkecil se-tata surya itu.

Merkurius memiliki lapisan udara, meski sangat tipis jika dibandingkan dengan Venus atau Mars.

Merkurius juga dikenal sebagai planet yang sangat sulit diamati dari Bumi secara teleskopik, karena kedudukannya yang terlalu dekat ke Matahari.

"Hanya ada dua cara untuk mengetahui dinamika di Merkurius, pertama dengan mengirim wahana antariksa dan kedua dengan memanfaatkan transit Venus," kata Marufin.

Hingga saat ini, hanya ada dua misi antariksa yang pernah dikirim ke Merkurius, yakni Mariner 10 dan Messenger.

Dari keduanya diperoleh informasi tentang eksistensi atmosfer Merkurius yang sangat tipis dengan tekanan udara hanya seper seratus triliun tekanan udara standar Bumi.

Salah satu cara untuk mengukur komposisi atmosfer Merkurius dan dinamikanya adalah saat transit.

"Saat Merkurius lewat di depan Matahari, atmosfernya menjadi transparan untuk diindra secara teleskopik. Sehingga dapat ditentukan komposisi unsur penyusunnya secara spektroskopik," jelas Marufin.

Baca juga: Akhir Tahun, Riau dan Singkawang akan Saksikan Gerhana Matahari Cincin

3. Berburu planet di luar tata surya

Fenomena meredupnya Matahari akibat Transit Merkurius (meski derajat peredupannya sangat kecil) bermanfaat untuk menguji coba kemampuan radas-radas astronomi modern khususnya yang dimanfaatkan untuk memburu planet-planet di luar tata surya, melalui teknik transit yang serupa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com