Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tikus Air Ini Piawai "Bedah" Perut Kodok untuk Diambil Jantungnya

Kompas.com - 06/11/2019, 09:13 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

Bedah presisi

"Pada 2014, kami menemukan aliran sungai. Di dalamnya berjajar sejumlah bangkai kodok, yang jelas-jelas telah diserang," kata ahli biologi, Marissa Parrot, salah seorang penulis kajian yang merinci perilaku tikus rakali.

"Setiap pagi kami menemukan hingga lima bangkai kodok dengan sayatan kecil dan persis sama pada perut mereka. Namun, apakah yang menyerang kodok-kodok ini dengan sayatan bedah nyaris presisi ini?"

Parrot lantas berubah menjadi seorang detektif. Dia menggunakan kamera pengendali serta menganalisis gigitan pada kodok-kodok itu. Ternyata pelakunya adalah tikus-tikus rakali.

Parrot menjelaskan mengapa analisis otopsi menunjukkan pembedahan dilakukan sesuai dengan ukuran kodok.

Bahkan, pada kodok berukuran besar, jantung dan hatinya lenyap serta kantong empedu (yang mengandung racun) dipinggirkan secara rapi di luar rongga dada.

"Pada kodok-kodok berukuran medium, selain pencopotan jantung dan hati, kulit beracun pada satu atau kedua kakinya telah dilucuti dan ototnya dimakan," katanya.

Beberapa spesies ular dan burung, semisal gagak, bisa memakan kodok beracun ini. Namun, sulit menampilkan bukti bahwa hewan mamalia bisa memangsa kodok tersebut dan "tetap hidup".

"Sejumlah hewan pengerat mungkin memangsa kodok kecil anakan. Namun, hewan pengerat yang secara spesifik menargetkan kodok besar belum didokumentasikan."

Miliaran kodok

"Dalam kasus kami, tikus air memilih memangsa kodok besar. Tiga perempat dari semua spesimen bangkai yang kami temukan berukuran besar (lebih panjang dari 10 cm) meski di alam liar jumlahnya jauh di bawah kodok kecil dan menengah," tulis Parrott dalam makalahnya.

Sang peneliti mengaku belum jelas apakah tikus rakali belajar "cara menyerang dan memakan kodok dengan aman" atau mengadopsi strategi perburuan serupa dengan strategi yang mereka sudah gunakan untuk memangsa kodok beracun endemis.

Bagaimanapun, para ilmuwan berharap taktik ini bisa diterapkan populasi tikus air dan membentuk apa yang mereka sebut "barisan pertahanan alami melawan pembunuh beracun ini".

Baca juga: Serba-serbi Hewan, Kenapa Semut Tidak Pernah Alami Macet?

Sejumlah ahli biologi memperkirakan populasi kodok tebu di Australia bisa melampaui 1,5 miliar ekor.

Angka itu jauh meningkat dari 101 ekor yang didatangkan ke Australia pada 1935 untuk "berpatroli" di perkebunan tebu.

Kodok tebu kini mencapai beberapa bagian Australia yang jaraknya lebih dari 2.000 kilometer jauhnya dari lokasi tempat mereka dilepasliarkan 74 tahun silam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com