KOMPAS.com - Menurut Badan Internasional untuk Pencegahan Kebutaan, dari 7,3 miliar orang di dunia ada 253 juta orang mengalami gangguan penglihatan.
Adapun 36 juta orang di antaranya mengalami buta sementara, sisanya atau 217 juta lainnya mengalami gangguan penglihatan sedang atau parah (MSVI).
Selain itu, 1,1 miliar orang memiliki gangguan penglihatan jarak dekat.
Ahli bedah dan refraktif mata dari RSCM Kirana, Dr dr Tri Rahayu SpM(K) FIACLE mengatakan, kebanyakan orang di Indonesia masih tidak menyadari pentingnya melakukan tes mata secara teratur.
Baca juga: 5 Jenis Makanan yang Paling Baik untuk Menjaga Kesehatan Mata
Di tingkat dunia, hasil riset Signify mendapati fakta bahwa 86 persen responden percaya jika pencahayaan yang baik bermanfaat bagi kesehatan mata.
Namun, dalam hal menjaga kesehatan pribadi, 66,6 persen responden tidak pernah menjaga kesehatan mata seperti seharusnya, bahkan untuk hal rutin melakukan pemeriksaan mata.
Padahal, kata Tri, tes mata merupakan tindakan pencegahan untuk mengantisipasi penglihatan yang buruk menjadi semakin parah.
"Kita menghabiskan sebagian besar waktu dengan beraktivitas di dalam ruangan, dan meskipun ada sinar alami yang masuk dari jendela, kita masih membutuhkan pencahayaan yang baik dan layak untuk mendukung pekerjaan dan tugas-tugas terkait visual," kata Tri dalam acara kampanye cahaya nyaman di mata dengan Philips MyCare LED dari Signify, Jakarta, Kamis (31/10/2019).
Masih menurut Tri, sebagian besar masyarakat menghabiskan waktu dengan beraktivitas di dalam ruangan, dan meskipun ada sinar alami yang masuk dari jendela, tetapi masih dibutuhkan pencahayaan yang baik dan layak untuk mendukung pekerjaan dan tugas-tugas terkait visual.
"Penglihatan memungkinkan kita untuk melakukan banyak hal lain dengan lebih baik, menjaga kedua mata kita tetap sehat sebagai bagian dari kesehatan kita secara keseluruhan merupakan hal yang sangat penting. Jika kita ingin memiliki angka kerja yang berkualitas, kita harus mulai dengan kesehatan mereka," ujarnya.
Hal itu juga didukung dari penelitian yang dilakukan oleh Signify di beberapa negara, termasuk Indonesia, untuk melihat perilaku orang terhadap pencahayaan.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan, 50 persen responden di Indonesia khawatir kehilangan penglihatan mereka, yang berada di posisi kedua setelah rasa takut akan kehilangan ingatan mereka (52 persen) saat menua.
Selain itu ditemukan, 68 persen responden lebih suka kehilangan pendengaran daripada penglihatan mereka (32 persen).
Meskipun 83 persen setuju bahwa pencahayaan yang baik bermanfaat bagi kesehatan mata, 34 persen responden mengakui bahwa pencahayaan di rumah mereka tidak nyaman bagi mata mereka.
Terkait hal ini, 90 persen responden Indonesia tertarik untuk membeli bohlam yang dapat menghasilkan cahaya yang nyaman bagi mata mereka.