Untuk mewujudkan hal tersebut, terdapat lima strategi yang dilakukan antara lain mendorong perubahan perilaku masyarakat dan pengurangan sampah plastik sekali pakai.
“Salah satu strategi yang cukup sulit adalah mengurangi sampah yang bocor ke lautan. Interceptor 001 menjadi jawaban atas hal ini,” tutur Nani.
Dalam acara yang sama, Ir Suharti M A PhD selaku Deputi Gubernur Bidang Pengendalian Kependudukan dan Kepemukiman Pemprov DKI Jakarta, mengatakan bahwa produksi sampah di Jakarta terus mengalami kenaikan.
“Ada 7.700 ton sampah di Jakarta per hari. Sampah yang sudah mengarah ke laut dan diangkat dari badan air (sungai) jumlahnya mencapai 250 ton,” tuturnya.
Oleh karena itu, lanjut Suharti, kolaborasi ini penting karena tidak hanya pemerintah yang bisa melakukan tata kelola sampah.
“Meskipun dadirnya Interceptor 001 masih harus dibarengi dengan pengambilan sampah manual,” tuturnya.
Interceptor 001 kini beroperasi di Cengkareng Drain, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Alat ini berupa kapal (vessel) yang memiliki beberapa komponen.
Interceptor 001 disebut Boyan Slat merupakan solusi jangka panjang karena ramah lingkungan.
“Kinerjanya otomatis, menggunakan tenaga surya, tidak berbunyi sehingga tidak berisik,” tuturnya.
Mekanisme cara kerja Interceptor 001 adalah, sampah terlebih dahulu diarahkan menuju Interceptor menggunakan dua tali penjaring. Begitu sampah menuju bibir Interceptor, terdapat conveyor belt untuk mengangkat sampah-sampah tersebut menuju bagian atas Interceptor.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.