KOMPAS.com - Masih sedikit minat orang terhadap dunia sains. Hal inilah yang disebut tantangan oleh Lembaga Ilmu Pengetauan Indonesia untuk mengenalkan sains kepada khalayak.
Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko mengatakan, tantangan tersebutlah yang mendorong LIPI untuk bisa membumikan sains.
"Aspek komunikasi menjadi elemen penting dalam upaya membumikan sains dan hasil-hasil riset para peneliti maupun innovator," kata Handoko di ajang Indonesia Science Expo (ISE) di ICE BSD, Serpong, Kamis (23/10/2019).
Menurut Handoko, hal itu harus dilakukan agar masyarakat dapat lebih memahami pentingnya sains dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, penguasaan teknologi dan inovasi juga menjadi salah satu prioritas yang ingin diwujudkan pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin lima tahun ke depan.
Baca juga: Gaya Duduk Jokowi saat Ngemper Bikin Salah Fokus, Kenapa Bisa Begitu?
Untuk mengkomunikasikan pentingnya sains dalam pengambilan kebijakan, proses produksi dan manufaktur industri, LIPI mengadakan Workshop Science Diplomacy: Elevating Science, Research, and Innovation in Global Collaboration serta Business Matching dan Indutrial Gathering 2019.
Dalam acara tersebut, Sekretaris Utama LIPI Nur Tri Aries, menjelaskan tentang pentingnya science diplomacy.
Dalam hubungan Internasional, science diplomacy bukanlah sesuatu yang baru.
Selama ratusan tahun sains telah "berkeliling" dunia, menyatukan manusia lewat pengetahuan dan temuan baru. Semua temuan yang sudah dilakukan untuk menciptakan teknologi, bisnis, dan membentuk dasar pendidikan.
"Science diplomacy dipahami merupakan irisan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebijakan internasional. Science diplomacy sesungguhnya tidak terbatas pada kolaborasi sains internasional, namun juga harus memenuhi tujuan keilmuan dan tujuan diplomatik," kata Nur dijumpai di tempat yang sama.
Nur menambahkan, workshop ini menekankan peran penting science diplomacy untuk membangun jembatan antara ilmu pengetahuan, teknologi, inovasi, kepentingan nasional, kepentingan regional, dan tantangan global.
"Kolaborasi internasional yang kuat dapat meningkatkan kapasitas peneliti Indonesia, memberikan akses ke fasilitas ilmiah yang tidak dimiliki Indonesia, dan juga menjadikan peneliti Indonesia mampu menbangun ide dari sumber-sumber pengetahuan dunia," ujar Nur.
Sebagai salah satu kegiatan hilirisasi teknologi untuk pemanfaatan oleh pelaku bisnis, dikatakan oleh Kepala Pusat Penelitian Pemanfaatan dan Inovasi Iptek LIPI, Yan Rianto, LIPI juga mengadakan Business Matching dan Indutrial Gathering 2019.
"Kegiatan ini merupakan pertemuan yang mengumpulkan inovator untuk mengkomunikasikan dan menghantarkan inovasi hasil penelitiannya kepada calon pengguna atau investor," kata Yan.
LIPI sebagai focal point untuk Indonesia - China Technology Transfer Center (ICTTC) secara intensif melaksanakan kegiatan hilirisasi iptek bersama Riset Pro Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dan China-ASEAN Technology Transfer Center (CATTC) yang melibatkan lembaga penelitian, pemerintah daerah, dan industri.
Baca juga: Profil Terawan Menteri Kesehatan, Dokter Cuci Otak yang Kontroversial
Kegiatan Business Matching dan Industrial Gathering 2019 akan menampilkan 10 teknologi LIPI yaitu teknologi probiotik, beras monascus merah, teh hijau, cervix, kayu lengkung, biopellet, biopestisidas, bioplastik, pengemas berbahan nata de coco, dan toilet pengompos tipe 15.
Selain itu juga teknologi dari Tiongkok, di antaranya high yield cultivation of eucalyptus plantation, intregrated application of modern marine ranching, sodium hypochlorite generator, dan huashu robot, sera 11 teknologi dari perusahaan start-up Indonesia.
"Diharapkan dapat menciptakan skema alih teknologi dan bentuk-bentuk kerja sama lainnya dengan berbagai mitra," ucap Yan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.