KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo resmi memperkenalkan menterinya di Kabinet Indonesia Maju sambil duduk ngemper di tangga teras Istana Merdeka.
Suasana cair dan terkesan santai ini, sangat kontras dengan lima tahun lalu. Ketika pertama kali menjabat sebagai Presiden pada 2014, Jokowi mengenalkan para menteri yang berjejer di teras belakang Istana Merdeka.
Cara Jokowi memperkenalkan para menteri memang tidak biasa dan menarik. Namun berkat peristiwa ini juga, banyak warganet yang justru salah fokus dengan posisi duduk Jokowi.
Pasalnya, Jokowi duduk bersila dengan kedua telapak kaki saling berhadapan.
Baca juga: Profil Bambang Brodjonegoro, Menteri Riset dan Teknologi yang Baru
Banyak netizen bertanya di sosial media, bagaimana bisa Jokowi duduk seperti itu. Bahkan ada yang sampai membuat tantangan di Twitter.
Siapa yg bisa duduk dgn gaya seperti Pak @jokowi begini? ????
— ?????????????????? ?????????????????????? (@Twit_Opini) October 23, 2019
Aku jd penasaran @kaesangp sbg seorg Infrastruktur Senam yg Multitalenan bisa ga ya? ???? pic.twitter.com/pK9uKyuYvr
Penasaran dengan hal ini, Kompas.com pun menghubungi dr Michael Triangto, SpKO, spesialis dokter kesehatan olahraga.
"Sepertinya ini kondisi hyperlaxity," ungkap dokter yang akrab disapa Michael itu kepada Kompas.com, Kamis (24/10/2019).
Michael menjelaskan, kondisi hyperlaxity tidak dimiliki semua orang. Ini seperti bakat alami yang sudah ada sejak lahir.
"Hyperlaxity maksudnya terlalu lentur. Hal ini bukan karena latihan tertentu dan tidak ada pada semua orang," terangnya.
Michael pun menambahkan, hal ini tidak ada kaitannya dengan kaki atau telapak kaki yang terlalu panjang.
Hyperlaxity juga terkadang disebut joint hypermobility atau hipermobilitas sendi.
Seseorang yang memiliki hyperlaxity atau hipermobilitas memiliki sendi yang lebih lentur dibanding kebanyakan orang.
Dilansir versusarthritis.org, kondisi ini dibawa sejak lahir dan sudah disadari sejak masih anak-anak.
Namun perlu diketahui, hypermobility atau hyperlaxity bukanlah kondisi medis dan tidak perlu dikhawatirkan.
Terkadang, orang yang memiliki hyperlaxity justru berprestasi di bidang olahraga atau menari.
Baca juga: Profil Terawan Menteri Kesehatan, Dokter Cuci Otak yang Kontroversial