Penyakit autoimun dimulai selama seorang perempuan mengalami masa subur, yakni mulai umur 15 sampai 44 tahun.
Selain lebih berisiko menyerang perempuan, penyakit autoimun juga lebih sering terjadi pada kelompok etnis tertentu.
Misalnya, penyakit autoimun lupus lebih banyak dialami orang Afrika-Amerika dan Hispanik, dibanding orang Kaukasia.
Penyakit autoimun tertentu seperti multiple sclerosis dan lupus bisa menular dalam keluarga.
Menular dalam keluarga artinya, tak semua anggota keluarga pasti mengalami penyakit ini. Namun, mereka mewarisi kerentanan terhadap kondisi autoimun.
Tren kenaikan angka kejadian penyakit autoimun membuat para ilmuwan berasumsi ada keterlibatan faktor lingkungan, seperti infeksi dan paparan bahan kimia.
Selain itu, faktor risiko dari makanan tinggi lemak, tinggi gula, dan makanan olahan yang memicu peradangan juga dicurigai dapat mengembangkan penyakit autoimun. Namun, hal ini belum terbukti.
Sebuah studi tahun 2015, menduga bahwa vaksin dan antiseptik ikut berperan dalam kenaikan kasus autoimun. Disebutkan dalam jurnal tersebut, vaksin membuat anak-anak terlindungi dari kuman.
Kurangnya paparan kuman tersebut disinyalir bisa membuabt sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap zat-zat yang tidak berbahaya.
Perlu digarisbawahi, para ilmuwan hingga saat ini tidak mengetahui persis penyebab penyakit autoimun. Apakah ini karena genetika, pola makan, infeksi, atau paparan bahan kimia. Semua faktor risiko tersebut masih berupa asumsi.
Gejala awal dari penyakit autoimun antara lain:
Selain itu, ada beberapa penyakit autoimun yang memiliki gejala khas. Misalnya, diabetes tipe 1 menyebabkan rasa haus ekstrem, penurunan berat badan, dan kelelahan.
Ada juga penyakit autoimun yang gejalanya datang dan pergi seperti psoriasis atau RA.
Psoriasis membuat sel-sel kulit menumpuk dan menghasilkan bercak bersisik yang gatal dan kering. Psioriasis merupakan salah satu penyakit autoimun yang pemicunya antara lain stres dan pilek.
Jika Anda merasakan gejala-gejala seperti disebutkan di atas, segera periksakan diri ke dokter. Anda mungkin perlu mendatangi spesialis, tergantung pada jenis penyakitnya.