Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/10/2019, 17:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Katarak masih menjadi penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan yang terjadi di berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia.

Pada 2015 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, angka kebutaan di dunia mencapai 36 juta orang dan 180 juta lainnya mengalami gangguan penglihatan.

Ironisnya, sepertiga dari kasus tersebut ada di Asia Tenggara. Berdasarkan survei Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) pada 2014-2016, Indonesia menempati posisi pertama.

Bahkan, kasus kebutaan disebabkan oleh katarak di Indonesia mencapai 78 persen dari jumlah kasus di Asia Tenggara.

Baca juga: Selain Usia, Diabetes Juga Bisa Memicu Munculnya Katarak pada Mata

Berangkat dari keprihatinan ini, organisasi International Agency for the Prevention of Blindness (IAPB) menyelenggarakan World Sight Day (WSD) atau Hari Penglihatan Sedunia pada hari Kamis kedua di bulan Oktober setiap tahunnya.

WSD dimaksudkan sebagai upaya menekan angka kebutaan yang terjadi. Kegiatan ini juga sudah diselenggarakan oleh berbagai lembaga atau pelayanan kesehatan mata di seluruh dunia, termasuk Jakarta Eye Center (JEC).

Disampaikan oleh Direktur JEC Pusat, Dr Setiyo Budi Riyanto bahwa Indonesia merupakan negara kedua di dunia dan nomor satu di Asia Tenggara terbesar penderita katarak.

"Menurunkan angka kebutaan dan penderita katarak merupakan program nasional. Angkanya belum habis-habis karena setiap tahunnya bertambah penderita katarak," kata Setiyo.

Menurut dia, pemerintah sudah mengimbau untuk melakukan pemberantasan terhadap kasus penderita katarak di Indonesia.

"Dengan bantuan jaminan BPJS, juga bisa dibantu untuk bakti katarak akan lebih mudah dijangkau mereka (penderita katarak) yang di daerah-daerah," tuturnya.

Sebab faktanya, meski katarak seringkali diderita pada orang yang berusia lanjut karena faktor penuaan atau degenerasi, anak-anak dan bayi juga bisa menderita katarak.

Selain faktor usia, Setiyo mengatakan faktor daerah tropis dan ekonomis juga berpengaruh terhadap tingginya kasus katarak di Indonesia.

"Kami juga rutin melakukan bakti katarak setiap tahun. Ini tujuannya menurunkan (angka) kebutaan masyarakat Indonesia, yang sampai saat ini masih lumayan tinggi," ujar dia.

Bakti katarak yang dimaksudkan ialah program penanganan operasi katarak yang berkualitas tanpa membebani masyarakat yang kurang mampu dengan biaya operasi.

Baca juga: Tidak Semenakutkan Dulu, Operasi Katarak Sekarang Tidak Perlu Dijahit

Target penurunan penderita katarak

Target yang diharapkan oleh pemerhati dan praktisi kesehatan mata terhadap penyakit katarak di Indonesia, yaitu melakukan minimal 400 operasi katarak per tahun, hingga mencapai target tahun 2021 Indonesia bebas dari kebutaan karena katarak.

"Karena penyakit katarak ini sebenarnya bisa dicegah dan juga bisa ditangani. Selain menolong dirinya, operasi katarak juga bisa membantu menolong keluarganya, karena bisa produktivitas kembali dari kebutaan akibat katarak," ujar dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com