Riwayat keluarga juga membantu memberi petunjuk tentang penyebab gejala dan peluang tindakan pengobatan.
Namun begitu, mendiagnosis sindrom kaki gelisah pada anak-anak cukup pelik karena anak-anak sulit menggambarkan gejala yang mereka rasakan, termasuk di area mana dan seberapa sering.
Alhasil, dokter kadang salah mendiagnosis dan menganggapnya sebagai growing pain (rasa sakit yang muncul di masa pertumbuhan) atau gangguan pemusatan perhatian (ADD).
Dokter berupaya meringankan gejala dengan mengidentifikasi faktor pemicu dan penghilang, serta kemunculan—atau ketidakmunculan—gejala sepanjang hari.
Kerap kali gejalanya akan sembuh seiring pengobatan penyakit yang mendasarinya, seperti diabetes atau neuropati perifer.
Mengubah gaya hidup Anda dapat mengurangi gejala kategori ringan atau sedang. Misalnya, menghentikan atau mengurangi asupan kafein, alkohol, atau tembakau.
Jika gejalanya muncul akibat kekurangan zat besi, folat atau magnesium dalam makanana maka dapat diobati dengan menyesuaikan pola makan atau meminum suplemen.
Ini dapat diidentifikasi melalui analisis darah oleh dokter umum.
Ketika gejala terasa lebih parah atau terkait dengan penyakit mendasar, adalah sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter umum, yang mungkin merujuk Anda ke dokter spesialis.
Meskipun tidak ada obat untuk sindrom kaki gelisah, Anda memiliki pilihan untuk terapi dan kontrol gejala untuk bisa tidur nyenyak. Seiring bertambahnya usia, gejala ini biasanya meningkat. Laju peningkatan ini sangat bervariasi tergantung pada gangguan lain yang terkait.
Beberapa orang mengalami periode pengurangan gejala tersebut, yang dapat berlangsung beberapa hari atau bulan. Namun, gejala sindrom kaki gelisah biasanya akan muncul kembali.
Penting untuk dicatat bahwa diagnosis sindrom kaki gelisah bukan merupakan indikasi adanya kelainan lain yang lebih serius seperti Parkinson.
Andrew Lavender
Lecturer, School of Physiotherapy and Exercise Science, Curtin University
Artikel ini ditayangkan atas kerja sama Kompas.com dan The Conversation Indonesia. Tulisan di atas diambilkan dari artikel berjudul "Mengenal “restless leg syndrome”, yang membuat kita ingin menggoyangkan kaki".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.