Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa SMP Tewas Usai Dihukum Lari, Kenapa Bisa Sampai Meninggal?

Kompas.com - 03/10/2019, 09:14 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sementara dalam kasus Fanli, tentu guru atau pihak sekolah tidak melakukan tes terlebih dahulu.

"Karena gurunya beranggapan bahwa lari sesuatu yang biasa, semua anak juga melakukannya," kata Michael.

Oleh sebab itu, perlu diketahui seberapa lama anak tersebut berlari.

"Kalau memang larinya lima menit kemudian dia meninggal, kemungkinan anak tersebut sudah memiliki gangguan kesehatan di dalam tubuhnya," ujar Michael.

"Tapi kalau guru minta lari setengah jam, terus menerus tanpa henti karena dapat hukuman, itu bisa saja berlebihan. Jadi bisa disebut kelelahan," imbuh Michael.

Dalam laporan yang didapat polisi diketahui korban sempat meminta istirahat karena merasa lelah. Hal itu diungkap setelah dia berlari dua kali putaran.

Menurut Michael, jika seseorang mengaku kelelahan setelah berlari selama lima menit padahal larinya dalam tempo pelan, maka perlu dicari tahu apakah kesehatan anak tersebut normal atau tidak.

"Kalau anak itu normal, harusnya enggak apa-apa (lari lima menit). Tapi kalau anak itu ada gangguan kesehatan atau gangguan perkembangan sebelumnya, bisa saja sesuatu yang ringan menjadi berat," jelas dia.

Untuk mengetahui penyebab kematian pada Fanli, Michael mengatakan perlu ada pemeriksaan terperinci dan mendalam juga melihat riwayat kesehatan sebelumnya.

Seseorang yang meninggal di tempat saat berlari, kemungkinan disebabkan oleh jantung atau stroke karena kelainan pembuluh darah.

"Tapi kalau meninggal setelah itu (lari), kemungkinan ada gangguan kesehatan lain. Misalnya gangguan gagal ginjal karena dehidrasi, pembengkakan pada saluran napas sehingga gagal napas, atau masalah saluran pernapasan seperti asma," ungkapnya.

Baca juga: Sudah Rajin Lari Tiap Hari, Kok Berat Badan Tidak Turun?

Pelajaran untuk kita semua agar kasus serupa tak terulang

Kasus ini tentu saja patut menjadi perhatian bersama, agar hal serupa tidak terjadi pada anak-anak lain.

Oleh sebab itu, Michael mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Mulai dari mengetahui tingkat kesehatan siswa, kebiasaan siswa bagaimana ketika berlari, hingga mengganti bentuk hukuman.

"Berikan bentuk hukuman yang lebih mendidik, misalnya menyapu halaman sekolah atau membersihkan WC. Itu jauh lebih baik dari siksaan fisik, karena kita enggak tahu sampai seberapa (suatu hukuman berpengaruh pada fisik siswa)," ujar Michael.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com