Alhasil, pesan yang disampaikan melalui musik dapat lebih diingat dibandingkan yang disampaikan secara lisan dan tidak menimbulkan emosi tertentu.
Terbukti, DPR akhirnya memutuskan menunda pengesahan lima rancangan undang-undang yang dinilai bermasalah. Meskipun belum ada riset yang intensif tentang dampak yel-yel dan lagu itu terhadap pengambilan keputusan oleh DPR dan pemerintah Indonesia. Satu hal yang pasti, musik terbukti dapat menyatukan banyak orang.
Dalam konteks yang berbeda, dalam ranah politik musik sudah sering digunakan untuk berbagai keperluan seperti kampanye calon presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto dan mendorong partisipasi pemilihan. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemilu dan siapa saja yang dipilih pada saat pemilihan umum, diadakan sayembara menciptakan Mars Pemilu.
Bukti “keampuhan musik” tampak dalam protes yang telah berlangsung di Hong Kong dalam tiga bulan terakhir.
Musik digunakan oleh warga Hong Kong, baik yang kontra maupun pro terhadap pemerintah dan menggerakkan para masyarakat untuk ikut dalam pergerakan sosial memprotes Rancangan Undang-Undang Ekstradisi. Draf ini akan memberi kewenangan otoritas Hong Kong untuk menahan orang di sana dan lalu mengirim dan mengadilinya di Cina.
Bahkan terdapat lagu yang diciptakan seorang demonstran berjudul “Glory to Hong Kong” yang menurut penciptanya dapat menyatukan warga Hong Kong dan meningkatkan moral pengunjuk rasa.
Bahkan musik diketahui dapat mencairkan ketegangan politik dua negara. Salah satu contohnya, pada 2008 Amerika Serikat mengirimkan New York Philharmonic Orchestra ke Korea Utara untuk melakukan diplomasi musik sehingga mencairkan suasana negosiasi antara Amerika dan Korea Utara terkait dengan masalah nuklir pada saat itu.
Musik, baik sadar atau tidak sadar, dapat digunakan sebagai alat untuk menggerakkan masyarakat melakukan sesuatu dan media komunikasi agar pesan yang ingin disampaikan lebih didengar.
Mengingat pesan yang disampaikan melalui musik dapat membangkitkan emosi dan lebih mudah diingat, maka aksi damai dapat dilakukan dengan menciptakan lagu untuk mengekspresikan pesan yang ingin disampaikan.
Lagu-lagu yang sudah ada juga dapat terus digaungkan, mengingat dampak psikologis dari musik dapat digunakan untuk menggerakkan masyarakat seperti di Hong Kong. Bila teriakan tak lagi didengarkan, mungkin bernyanyi dapat membantu untuk menyuarakan pendapat masyarakat dapat lebih didengarkan dan diingat oleh pemerintah dan parlemen.
Christ Billy Aryanto
Lecturer and Researcher in Educational Psychology and Music Psychology, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Artikel ini ditayangkan atas kerja sama Kompas.com dan The Conversation Indonesia. Tulisan di atas diambilkan dari artikel berjudul "Mengapa musik dan yel-yel mampu meningkatkan semangat dalam unjuk rasa damai?".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.