Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Bagaimana Musik dan Yel-yel Tingkatkan Semangat Pengunjuk Rasa?

Kompas.com - 02/10/2019, 17:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Christ Billy Aryanto


"HIDUP Mahasiswa! Hidup Rakyat Indonesia”.

“Reformasi dikorupsi!”

Dalam unjuk rasa di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senayan, pekan lalu, yel-yel di atas berulang kali diteriakkan oleh ribuan mahasiswa. Yel-yel sejenis juga kerap dipakai pemimpin demonstrasi untuk memompa semangat para pengunjuk rasa damai di berbagai kota di Indonesia.

Beberapa lagu juga kerap dinyanyikan bersama-sama saat berdemonstrasi seperti lagu “Berderap dan Melaju” dan “Darah Juang”.

Sebuah riset dari Joshua Michael Silberstein Bamford, peneliti dari Centre for Interdisciplinary Music Research University of Jyväskylä di Finlandia, yang dipublikasikan baru-baru ini, dapat menjelaskan bagaimana musik bisa digunakan secara efektif sebagai penggerak massa untuk mobilisasi atau memimpin para peserta untuk melakukan protes sosial.

Penelitian menunjukkan musik dapat membuat seseorang berempati pada orang yang bernyanyi dan mengeluarkan yel-yel. Dampaknya, orang lain secara sadar atau tidak sadar mengikuti apa yang dia dengarkan.

Sehingga, musik bukan hanya mendorong solidaritas tapi juga media menyampaikan pesan dan memecahkan kebekuan politik.

Bertempo cepat+pengaruhi adrenalin, pesan mudah ditangkap

Setidaknya ada dua alasan mengapa musik bisa jadi medium yang efektif dalam unjuk rasa:

Pertama, karakteristik musik dari yel-yel yang diteriakan dan lagu yang dinyanyikan saat demonstrasi, biasanya memiliki tempo yang cepat dan nada yang semangat.

Bila dilihat secara psikologis, ketika ada yang memimpin para peserta aksi untuk bernyanyi, maka dengan mudah peserta lainnya akan mengikuti. Fenomena tersebut terjadi karena adanya rhythmic entrainment, yakni seseorang akan akan berusaha mensinkronisasi ritme yang ada dalam dirinya sendiri dengan ritme yang ada di sekelilingnya .

Musik, khususnya yang bertempo cepat, juga membuat seseorang memiliki emosi yang lebih positif dan lebih bersemangat, sehingga dapat mempengaruhi adrenalin demonstran juga. Sebuah riset menunjukkan musik bertempo cepat dapat membuat detak jantung berdegup lebih kencang, bernafas lebih cepat, dan meningkatkan adrenalin. Akibatnya, para demonstran tidak mudah lelah dan semakin keras dalam menyuarakan tuntutannya.

Kedua, lirik dalam lagu yang dinyanyikan dan kata-kata dalam yel-yel juga merupakan salah satu bentuk komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat dan pemerintah yang mudah diingat.

Misalnya dalam unjuk rasa terakhir, dengan yel-yel “reformasi dikorupsi” para mahasiswa mendesak tujuh tuntutan.

Yel-yel lewat musik akan membuat pesan yang disampaikan melalui lagu yang dinyanyikan akan lebih mudah diingat dibandingkan yang disampaikan bukan dalam bentuk lagu. Hal tersebut karena musik dapat mempengaruhi emosi baik positif maupun negatif dan kemudian ingatan tersebut diasosiasikan dengan emosi tertentu.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com