Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/09/2019, 13:21 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Angka kejadian Penyakit jantung bawaan (PJB) atau Congenital heart disease (CHD) di seluruh dunia diperkirakan mencapai 1,2 juta kasus dari 135 juta kelahiran hidup setiap tahunnya.

Dari jumlah tersebut, sekitar 300.000 kasus dikategorikan PJB berat yang membutuhkan operasi kompleks agar dapat bertahan hidup.

Di Indonesia, angka kejadian PJB diperkirakan mencapai 43.200 kasus dari 4,8 juta kelahiran hidup, dalam perbandingannya yaitu 9:1.000 kelahiran hidup setiap tahunnya.

Lalu apa saja risiko dari penyakit jantung bawaan (PJB) tersebut dan bagaimana cara mencegahnya?

Menjawab hal tersebut, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dr BRM Ario Soeryo Kuncoro, SpJP (K), FIHA menjelaskan, ada beberapa faktor risiko yang memicu PJB dialami janin sejak dalam kandungan.

Baca juga: Waspadai Penyakit Jantung Bawaan Lahir

Hamil di atas usia 35 tahun

Salah satunya adalah kehamilan berisiko tinggi, seperti pada wanita yang hamil di atas usia 35 tahun.

"Pada mereka yang hamil di atas usia 35 tahun memang memiliki kehamilan risiko tinggi. Ini karena usia segitu rentan terhadap berbagai penyakit baik untuk dirinya sendiri dan juga janinnya," kata Ario di Tangerang, Jumat (19/9/2019).

"PJB dapat dideteksi sejak dini, bahkan sejak calon bayi masih berada dalam kandungan," imbuh dia.

Kunci pencegahan PJB, kata Ario yaitu pemeriksaan sebelum kehamilan (prenatal) dan selama kehamilan (antenatal) yang baik, oleh pelayan kesehatan atau tim medis terkait.

Perkawinan sedarah (konsanguitas)

Pada mereka yang melakukan pernikahan atau perkawinan sedarah sangat mungkin anak ataupun calon bayinya mengalami berbagai penyakit abhakn cacat fisik, termasuk PJB ini.

Untuk menghindari hal itu dokter selalu menyarankan agar melakukan tes atau pemeriksaan sebelum kehamilan (prenatal) bahkan sebelum menikah, agar dapat mengetahui dan menghindari kemungkinan buruk menikah dengan orang yang sedarah.

Baca juga: Tangani Kehamilan Berisiko Tinggi dengan Dukungan Nutrisi dan Mental

Ada penyakit medis lain

Wanita hamil dengan kondisi medis tertentu seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) atau diabetes dapat memicu PJB pada anak.

Mekanisme yang terjadi pada tekanan darah yang tinggi dan diabetes ibu hamil juga akan mempengaruhi bagaimana fungsi pembuluh darah dalam tubuh yang juga akan mengalir kepada calon bayi.

Jika terjadi sesuatu gangguan dalam aliran pembuluh darah ke calon bayi, maka itu dapat membuat berbagai kelainan pada calon bayi tersebut, salah satunya fungsi dan struktur organ jantung calon bayi.

"Perlu sekali kepada mereka yang dalam kondisi-kondisi tersebut sebaiknya melakukan pemeriksaan antenatal (pemeriksaan selama kehamilan) di dokter spesialis kandungan secara teratur," ujarnya.

Selain itu, juga perlu sekali untuk mengontrol gula darah secara baik sebelum kehamilan supaya dapat menurunkan risiko terjadinya CHD (PJB) pada anak akibat diabetes yang dialami ibu selagi hamil.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com