Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peringati Hari Badak Sedunia, Kenali 5 Fakta Satwa Terancam Punah Ini

Kompas.com - 23/09/2019, 12:32 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Setiap tanggal 22 September, dunia memperingati hari badak. Ini merupakan salah satu upaya untuk lebih mengenal badak, satwa yang paling terancam punah.

Badak merupakan satu dari beberapa hewan paling ikonik yang dimiliki Bumi karena bentuk tubuhnya, tak lain hewan bertubuh besar ini memiliki tanduk khas.

Sayangnya, ketenaran badak justru membuat perburuan badak gencar dilakukan di seluruh dunia. Hal ini membuat populasi badak berkurang drastis.

Selain perburuan, rusaknya habitat badak juga membuat spesies dengan nama ilmiah Rhinocerotidae makin terancam punah.

Badak membutuhkan perlindungan manusia agar terhindar dari kepunahan. Berikut adalah 5 fakta menarik badak yang perlu Anda tahu, dilansir dari Mother Nature Network.

Baca juga: Dokter Jantung Anak di Indonesia Lebih Langka dari Badak Sumatera

1. Mendiami Bumi selama 50 juta tahun

Badak telah tinggal di Bumi selama kurang lebih 50 juta tahun.

Saat itu, spesies badak tersebar di seluruh penjuru dunia. Mulai dari Afrika dan Asia, juga Eropa, hingga Amerika Utara.

Perkembangan dunia menyisakan lima spesies badak saat ini, yakni badak putih dan hitam dari Afrika, badak bercula satu di anak benua India, serta badak Jawa dan Sumatera yang endemik di Indonesia.

Di masa lalu, pohon keluarga badak jauh lebih beragam. Salah satu yang paling terkenal adalah spesies unicorn raksasa yang panjang tubuhnya mencapai 6 meter dengan tandung berukuran 2 meter di kepala.

2. Populasi badak turun drastis dalam 100 tahun terakhir

Seabad lalu, ahli memperkirakan ada sekitar 500.000 badak mendiami daratan Asia dan Afrika.

Namun sejak awal abad ke-20, jumlah badak turun drastis. Tercatat hanya ada 70.000 badak pada 1970 dan hari ini tinggal menyisakan 29.000 di alam liar.

3. Cula badak diincar karena harganya selangit

Harga cula badak sangat tinggi, sampai organisasi Save the Rhino melarang media di seluruh dunia untuk mempublikasikannya.

Hal itu dilakukan para konservasionis karena mereka khawatir, hal ini justru akan mendorong lebih banyak penjahat masuk ke perdagangan cula badak dan merangsang lebih banyak permintaan konsumen.

Terlepas dari berapa harga cula badak, perlu dicarat bahwa tanduk badak mengandung keratin, senyawa yang juga ada pada kuku kuda, paruh kakatua, dan juga di rambut dan kuku kita.

Harga cula badak tinggi karena digunakan untuk pengobatan tradisional China, meski belum ada bukti ilmiah yang menyebutkan cula badak memiliki nilai obat.

"Tidak ada banyak bukti ilmiah yang mendukung klaim tanduk badak dapat menyembuhkan penyakit. Pada 1990, ilmuwan dari Chinese University di Hong Kong menemukan ekstrak tanduk badak dalam dosis besar dapat menurunkan demam tikus. Namun, jumlah konsentrasi tanduk badak yang diberikan ahli pengobatan tradisional China jauh lebih besar," menurut PBS.

4. Badak bisa bersembunyi selama beberapa dekade

Jika pemburu terus membunuh ratusan badak setiap tahun, badak liar dapat menghilang selama beberapa dekade.

Ini bukan hanya pukulan dahsyat badi dunia, tapi juga perekonomian nasional yang mengandalkan badak untuk ekowisata.

Badak sama seperti fauna besar lain. Mereka jauh bernilai ketika hidup dibanding mati. Satwa besar dapat menyumbangkan manfaat ekologis dan meningkatkan pariwisata.

Baca juga: Badak Sumatera Jantan Malaysia Mati, Harapan Bertumpu pada Indonesia

5. Jangan bangga dengan penurunan perburuan badak beberapa tahun terakhir

Afrika Selatan adalah rumah bagi 80 persen populasi badak yang tersisa dari benua itu. Namun lebih dari seribu badak diburu setiap tahun antara tahun 2013 sampai 2017.

Perburuan di Afrika sudah mencapai tingkat kritis sejak 2008 hingga 2015 ketika jumlah perburuan memuncak.

Menurut Save the Rhino, di tahun 2015 sebanyak 1.349 badak di seluruh Afrika mati diburu. Kemudian pada 2016 ada 1.167 ekor, 2017 ada 1.124 ekorm dan 2018 ada 892 ekor yang diburu.

Meski tingkat perburuan menurun, tapi angka ini masih sangat besar. Setidaknya 2-3 badak Afrika mati dibunuh pemburu setiap harinya.

"Penurunan jumlah badak yang diburu menunjukkan aksi anti perburuan memberi efek, atau mungkin juga menunjukkan semakin sedikit badak yang hidup di alam liar sehingga pemburu tidak menemukan mangsa," ujar ahli dari Save the Rhino.

"Perlu lebih banyak tindakan untuk menghentikan perdagangan ilegal dan memastikan badak memiliki masa depan," imbuh mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau