Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi Minum Kopi karena ASI Tak Keluar, Ahli Gizi Paparkan Faktanya

Kompas.com - 19/09/2019, 17:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bayi 14 bulan bernama Hadijah Haura di Polewali Mandar, Sumatera Barat, mengonsumsi lima gelas kopi tubruk atau setara 1,5 liter setiap hari.

Diberitakan Kompas.com Senin (16/9/2019), orangtua Hadijah sudah memberikan kopi pada putrinya sejak berusia enam bulan.

Kedua orangtua Hadijah beralasan terpaksa memberi kopi karena ASI sang ibu tidak keluar.

Namun benarkah, ibu yang baru melahirkan tidak dapat mengeluarkan ASI?

Baca juga: Bayi 14 Bulan Diberi 5 Gelas Kopi Sehari, Ini 5 Efeknya Menurut Ahli Gizi

Ahli gizi Dr dr Tan Shot Yen, M.Hum menegaskan, tak ada satupun ibu yang baru melahirkan tidak dapat mengeluarkan ASI.

Bedanya, ada ibu yang memiliki ASI berlimpah dan ada yang kekurangan ASI.

"Yang ada, justru saat hamil tua ibu tidak diajarkan bagaimana untuk menyusui dengan benar," kata Tan dihubungi Kompas.com, Rabu (16/9/2019).

Tan mengatakan, jika ASI ibu sulit keluar lantas diberikan kopi tubruk sebagai penggantinya, itu hal yang salah kaprah.

Kopi memiliki banyak kandungan kimia yang dapat membahayakan kesehatan bayi. Mulai dari meningkatkan asam lambung, memicu gangguan tidur, hingga dehidrasi.

Alih-alih memberi kopi atau minuman selain ASI, Tan mengatakan, ibu yang tengah hamil tua harus diajarkan bagaimana cara melimpahkan kandungan ASI oleh pihak pelayanan kesehatan.

Terlebih, manusia sangat berbeda dengan hewan mamalia dalam hal karakteristik pola asuh anak.

Jika hewan dapat menyusui dan mengurus anak berdasarkan insting, maka manusia harus mempelajari bagaimana menyusui dan pola asuh yang benar.

"Makanya kita punya konselor laktasi, yang semestinya bisa membantu mereka (ibu menyusui)," ujarnya.

Faktor pemicu ASI tidak lancar

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, kenapa ASI ibu tidak lancar atau kurang.

Pertama, saat bayi baru lahir, ibu dan ayah perlu tahu bahwa ASI yang keluar memang lebih sedikit.

Hal ini lantaran bayi belum membutuhkan ASI yang berlimpah. Bayi berumur beberapa hari hanya membutuhkan kolostrum atau ASI pekat.

"Lambung bayi baru lahir saja cuma sebesar kelereng, tidak butuh ASI banyak," tuturnya.

Kedua, ASI tidak lancar bisa disebabkan oleh keadaan tidak tenang atau terganggu ketika menyusui.

Tan mengatakan, jika saat menyusui ibu merasa tidak tenang karena memikirkan banyak hal, ibu dapat mengalami stres dan kelelahan. Inilah yang menyebabkan ASI kurang atau sulit keluar.

Oleh karena itu, perlu dukungan dan bantuan dari keluarga ketika ibu menyusui bayinya. Hal ini tak lain untuk kebaikan ibu dan bayi.

Ketiga, adanya pengaruh dari perlekatan payudara ibu dan mulut bayi yang tidak benar.

Adakah alternatif ASI?

Tan menegaskan, ASI adalah makanan terbaik yang harus diberikan ibu untuk bayi. Tidak ada satupun makanan alternatif untuk bayi baru lahir, termasuk susu formula sekalipun.

"ASI punya kelebihan yang sama sekali tidak bisa ditiru (susu) formula. 50 tahun lebih manusia gagal menciptakan ASI buatan. Akhirnya seluruh dunia dipanggil untuk menyusui bayi lagi," jelasnya.

Tan mengingatkan, hanya ada satu alasan bayi dapat mengonsumsi susu formula, yakni jika bayi memiliki kondisi khusus sehingga dokter meresepkan untuk memberi susu formula.

Baca juga: Seri Baru Jadi Ortu: Apa Jamu Pelancar ASI Manjur dan Aman Diminum?

"ASI murah, komplet gizi, steril, selalu punya komposisi beda sesuai kebutuhan bayi, hebat kan! Mencegah kanker, punya antibodi buat si bayi. Berapa juta anak terselamatkan dari kematian justru karena ASI," ujar Tan.

"Makanya, kita mendorong semua ibu menyusui bayi dan anaknya, dar situlah generasi unggul dibentuk," imbuhnya.

Jadi, perihal Ibu yang tidak punya ASI itu sebenarnya bukan alasan, karena semua ibu punya ASI namun dengan tingkat berlimpah yang berbeda tergantung situasi di ibu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com