KOMPAS.com - Bagi Anda yang suka jajan di luar, mungkin setelah membaca artikel ini Anda akan mengurungkan niat untuk jajan sembarangan lagi. Pasalnya, bias jadi makanan yang Anda konsumsi terkontaminasi salah satu dari patogen yang kita akan bahas lebih lanjut nanti dan menyebabkan gangguan pencernaan.
Bergantung pada bakteri penyebab dan jumlah yang masuk ke dalam tubuh, gejala penyakit diare dapat muncul mulai dari hitungan jam sampai 2 hari setelah mengonsumsi makanan yang tercemar. Konsumsi tidak hanya dari makanan, patogen penyebab diare juga bisa masuk melalui air minum, peralatan makanan yang tidak higienis, dan berenang di air tercemar.
Menurut WebMD, gejala yang umum dikeluhkan adalah tingginya frekuensi ke kamar mandi dengan konsistensi feses yang cenderung berair, disertai kram pada perut dan mual. Lebih berbahaya lagi apabila diare tidak kunjung mereda dan menyebabkan dehidrasi, atau keluarnya kotoran disertai darah.
Baca juga: Tak Direkomendasikan WHO, Amankah Minum Obat Penghenti BAB Saat Diare?
Ada beberapa jenis patogen yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan menyebabkan prevalensi diare yang tinggi di kalangan masyarakat.
Dari kelas bakteri, telah dilakukan penelitian oleh U.S. Naval Medical Research atau badan penelitian angkatan laut Amerika Serikat yang bekerja sama dengan beberapa rumah sakit di Indonesia.
Dari 6.760 sampel diare yang di ambil dari beberapa kota di Indonesia dalam periode dua tahun, 587 (9%) diantaranya teruji positif mengandung bakteri. Bakteri yang paling banyak ditemukan adalah Shigella flexneri, disusul dengan bakteri Vibrio spp. dan Eschericia coli.
Hal menarik dari penelitian ini adalah ditemukannya kembali prevalensi bakteri Shigella dysentriae di kota Batam, Jakarta, juga pada beberapa area di Bali dan Kalimantan setelah 15 tahun tidak terdeteksi. Shigella dysentriae adalah bakteri penyebab penyakit disentri yang menyebabkan diare yang lebih akut.
Tidak hanya masyarakat lokal yang terancam bahaya patogen penyebab diare ini. Salah satu alasan mengapa badan penelitian angkatan laut asing melakukan penelitian ini adalah untuk menentukan faktor risiko (risk factor), mengingat banyaknya warga negara mereka yang berkunjung dalam rangka wisata maupun dinas ke Indonesia.
Baca juga: Waspadai Diare Rotavirus
Salah satu penelitian yang juga terfokus pada prevalensi diare pada pendatang juga telah dilakukan di tujuan wisata terpopuler di Indonesia yaitu pulau Bali. Sebanyak 71 wisatawan asing yang menjalani perawatan karena diare bersedia berpartisipasi.
Menariknya, penelitian yang diprakarsai oleh akademisi Universitas Warmadewa Bali dr. D.M.A Sri Masyeni, Sp.PD-KPTI, ini juga membandingkan adanya infeksi gabungan dengan parasit lain.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.