"(Ketika kebakaran di tanah gambut) disiram di atasnya (permukaan), bawahnya cukup panas, penguapan lebih cepat, api baranya masih bisa merambat jauh," imbuh dia.
Oleh sebab itu, Wahyu mengatakan, penyiraman di satu titik tidak akan cukup untuk memadamkan api di lahan gambut.
Baca juga: Kabut Asap Riau, Walhi Minta Pemerintah Terbuka atas Lahan Konsesi
Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Rusmadya Maharuddin menambahkan, kasus kebakaran antara karhutla Indonesia 2019 dengan kebakaran hutan Amazon 2019 hampir sama, yakni materi yang terbakar sama-sama hutan.
Namun, karena kebakaran hutan di Amazon tidak terjadi di tanah gambut, maka akumulasi jangka waktu kebakarannya tidak sama dengan Indonesia.
"Kalau kebakaran hutan Amazon kan terkadi di tanah mineral, jadi ketika habis materialnya maka api juga akan habis atau padam. Tapi kalau gambut enggak begitu," ujar Rusmadya kepada Kompas.com, dihubungi Senin (16/9/2019).
"Kalau gambut, ketika api di permukaan sudah padam, tapi di dalamnya (di bawah permukaan tanah) masih ada dan kemungkinan bisa bertahan berbulan-bulan," imbuh Rusmadya.
Dari hal ini dapat disimpulkan, kebakaran hutan di tanah mineral dan tanah gambut berbeda. Jika kebakaran hutan di lahan gambut tidak ditangani dengan benar, hal ini akan berdampak pada periode kebakaran yang semakin panjang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.