Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Bayi Baru Lahir Tidak Mengeluarkan Air Mata dan Keringat

Kompas.com - 16/09/2019, 18:03 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Editor

KOMPAS.com - Bayi identik dengan menangis karena itu merupakan cara mereka untuk mengomunikasikan rasa lapar, baru buang air atau tidak nyaman.

Namun, lain halnya dengan bayi yang baru lahir. Bayi yang baru lahir memang menangis dengan kencang, tetapi mereka tidak mengeluarkan air mata.

Sage Timberline, dokter anak dari UC Davis Children’s Hospital di Sacramento, California yang dikutip Live Science, Minggu (15/9/2019) berkata bahwa air mata diperlukan semua manusia untuk melindungi dan menjaga kelembapan mata.

Air mata juga bisa keluar ketika kita dihadapkan dengan kondisi emosional, seperti kesedihan, kemarahan atau bahkan kebahagiaan. Pasalnya, stres sementara yang dirasakan dapat memicu respons melawan atau lari, dan ini mendorong produksi air mata untuk melindungi mata dan melepaskan hormon pemicu stres.

Baca juga: Misteri Tubuh Manusia: Kenapa Keringat Rasanya Asin?

Pada bayi yang baru lahir, saluran air mata memang sudah ada, tetapi belum sepenuhnya berkembang. Alhasil, air mata yang dihasilkan hanya cukup untuk melapisi mata dan membuatnya tetap lembap, tetapi tidak cukup banyak untuk menetes.

Baru setelah tiga atau empat minggu, saluran air mata bayi menjadi cukup matang untuk membentuk tetesan air mata yang berkaitan dengan emosi yang kuat.

Keringat bayi

Hal yang sama juga terjadi pada kulit bayi. Tidak peduli seberapa panasnya, bayi yang baru lahir hampir tidak berkeringat selama beberapa minggu pertama mereka. Hal ini karena kelenjar keringat belum berfungsi sepenuhnya.

Manusia sendiri memiliki dua jenis kelenjar keringat, yaitu ekrin dan apokrin. Kedua kelenjar ini terbentuk pada bayi yang baru lahir walaupun mereka belum memproduksi keringat.

Baca juga: Kenapa Setelah Makan Bawang, Keringat dan Napas Kita Bau?

Kelenjar apokrin mengeluarkan keringat melalui folikel rambut tetapi tidak diaktifkan sampai perubahan hormon terjadi selama masa pubertas. Walaupun pada awalnya keringat apokrin tidak berbau, ia bisa menjadi bau karena mengandung air, elektrolit, steroid, lipid dan juga protein yang dapat diproses bakteri untuk menghasilkan bau.

Sementara itu, kelenjar ekrin mulai terbentuk pada bulan keempat kehamilan dan muncul pertama kali pada telapak tangan dan telapak kaki bayi. Pada bulan kelima, kelenjar ekrin menutupi hampir seluruh tubuh.

Setelah bayi lahir, kelenjar ekrin yang paling aktif terletak pada dahi, kata Timberline. Tidak lama setelah itu, bayi akan mulai berkeringat di seluruh anggota tubuhnya.

Namun, karena kapasitas berkeringat bayi belum maksimal,  orangtua disarankan untuk terus memperhatikan suhu bayi agar tetap dingin. Waspadai tanda-tanda panas berlebih, termasuk berkeringat, kulit hangat dan memerah, pernapasan cepat, rewel dan penurunan aktivitas lengan dan kaki.

Jika suhu bayi Anda terlalu hangat, cukup lepaskan lapisan pakaian atau gunakan kipas angin untuk menjaga sirkulasi udara. (Farren Sahertian)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau