KOMPAS.com - Anda mungkin pernah membaca berita "unik" tentang wanita yang berbulan-bulan tidak pernah tahu kalau dirinya sudah hamil, dan ketahuan saat memeriksakan diri ke dokter untuk mengobati masalah lain.
Salah satu contohnya adalah wanita berusia 23 tahun di Amerika Serikat yang baru sadar dirinya sudah 36 minggu hamil setelah berobat ke dokter untuk memeriksakan punggungnya yang sakit selama 3 hari tanpa henti.
Fakta yang lebih mengejutkan lagi, dokter mengatakan vagina perempuan itu sudah terbuka 8 sentimeter, pertanda sudah siap untuk melahirkan.
Untungnya wanita tersebut dapat melahirkan bayi yang sehat dan normal, meski sebelumnya tidak pernah tahu kalau positif hamil.
Baca juga: Riau Dikepung Kabut Asap, 4 Alasan Ibu Hamil Dilarang Keluar Rumah
Kehamilan ditandai dengan sejumlah gejala khas yang mudah dikenali, seperti telat haid serta mual dan muntah di pagi hari.
Namun, beberapa wanita mungkin tidak pernah tahu dirinya sudah hamil sampai berbulan-bulan lamanya. Fenomena ini disebut dengan kehamilan kriptik (cryptic pregnancy).
Penyebab paling utamanya adalah kadar hormon kehamilan hCG (human chorionic gonadotropin) yang rendah dalam darah.
Hormon hCG adalah hormon yang diproduksi oleh plasenta untuk mempertahankan kehamilan dan mendukung perkembangan janin. Wanita yang menghasilkan hormon HCG dalam jumlah sedikit mungkin akan mendapat hasil yang negatif saat dicek lewat tes pack.
Seorang wanita juga bisa saja terlambat mengetahui dirinya hamil karena alasan lain, seperti mendapatkan hasil tes kehamilan yang tidak akurat.
Ketika sekali cek dan melihat hasilnya negatif, hal ini otomatis membuat wanita tersebut berpikiran bahwa dirinya memang tidak hamil. Padahal mungkin hasil tersebut negatif palsu, karena memang belum waktunya bagi tubuh untuk memproduksi hCG.
Hormon hCG biasanya mulai hadir dalam darah kira-kira 6 hari setelah implantasi (sekitar minggu ke-3 kehamilan), dan memuncak dalam 14 minggu setelah hari pertama haid terakhir (HPHT).
Selain itu, masalah di dalam tubuh yang memengaruhi kehamilan, seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS), kehamilan ektopik, atau kehamilan kosong (blighted ovum) juga dapat membuat wanita tidak pernah tahu dirinya sudah hamil.
Uniknya lagi, sebuah penelitian tahun 2007 di Universitas Turin, Italia, menemukan bahwa tubuh yang sama sekali tidak memperlihatkan gejala kehamilan sebetulnya menandakan tubuhnya kurang cukup kuat untuk melangsungkan proses mengandung.
Wanita yang mengalami masalah kejiwaan tertentu mungkin bisa tidak tahu bahwa mereka sedang hamil.
Gangguan kejiwaan ini disebut dengan istilah denied pregnancy. Kondisi ini membuat seorang wanita tidak merasakan atau menerima bahwa mereka akan punya bayi. Para ahli memperkirakan gangguan ini dialami oleh 1 dari 200 wanita di dunia.
Ada beberapa penyebab yang mungkin mendorong seorang wanita tanpa disadari menolak dirinya sedang hamil.
Faktor yang paling utama adalah stres berat atau ketakutan yang amat sangat.
Bagi beberapa wanita, gagasan untuk menjadi seorang ibu sangat menakutkan sehingga mereka jadi refleks menolak kenyataan yang ada.
Efek dari stres berat tersebut dapat membuat mereka menganggap bahwa kram perut yang dialami hanya sekadar gejala kembung atau masuk angin, padahal itu sebenarnya adalah tanda perdarahan implantasi.
Ditambah lagi ketika stres, tubuh akan menghasilkan lebih sedikit kadar hormon HCG sehingga mungkin tidak terdeteksi secara akurat oleh tes. Kombinasi dua kondisi ini dapat membuat beberapa wanita tidak tahu bahwa dirinya sedang hamil dan berisiko keguguran.
Baca juga: Konsumsi Minuman Manis saat Hamil Berpotensi Obesitas pada Bayi
Menurut dr Christine Greves, dokter kandungan dari Ohio, ada banyak risiko yang akan didapat apabila wanita tidak tahu kalau sedang hamil.
Jika seorang wanita tidak menyadari kehamilannya, ia bisa melewatkan pentingnya perawatan prenatal (cek kandungan) dan minum vitamin hamil.
Kurangnya asupan gizi yang memadai selama kehamilan dapat menghambat proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.
Selain itu, wanita yang tidak tahu dirinya sedang hamil dan masih melanjutkan kebiasaan buruk seperti minum alkohol atau merokok, juga dapat membahayakan keselamatan si janin.
Begitu pula jika wanita tersebut memiliki penyakit seperti diabetes atau tekanan darah tinggi, tapi tidak tahu dirinya sudah hamil. Penyakit yang diidapnya dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan dan saat melahirkan, yang dapat membahayakan nyawa ibu dan bayi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.