Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Habibie Wafat, tapi Mr Crack dan Teorinya Akan Terus Hidup di Dunia

Kompas.com - 12/09/2019, 11:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Caranya, meningkatkan kekuatan bahan konstruksi jauh di atas angka kebutuhan teoretisnya.

Akibatnya, material yang diperlukan lebih berat. Untuk pesawat terbang, material aluminium dikombinasikan dengan baja.

Namun, setelah titik crack bisa dihitung, derajat SF bisa diturunkan, misalnya dengan memilih campuran material sayap dan badan pesawat yang lebih ringan.

Porsi baja dikurangi, aluminium makin dominan dalam bodi pesawat terbang. Dalam dunia penerbangan, terobosan ini tersohor dengan sebutan Faktor Habibie.

Faktor Habibie bisa meringankan operating empty weight (bobot pesawat tanpa berat penumpang dan bahan bakar) hingga 10 persen dari bobot sebelumnya.

Bahkan, angka penurunan ini bisa mencapai 25 persen setelah Habibie menyusupkan material komposit ke dalam tubuh pesawat.

Faktor Habibie juga berperan dalam pengembangan teknologi penggabungan bagian per bagian kerangka pesawat.

Sambungan badan pesawat yang silinder dengan sisi sayap yang oval mampu menahan tekanan udara saat tubuh pesawat lepas landas.

Begitu juga pada sambungan badan pesawat dengan landing gear jauh lebih kokoh sehingga mampu menahan beban saat pesawat mendarat.

Faktor mesin jet yang menjadi penambah potensi fatigue menjadi turun.

Baca juga: BJ Habibie Meninggal, Mengenang Visi Indonesia Punya Pesawat Sendiri

Harapan baru Habibie pada R80

Visi dirgantara Indonesia baru berlanjut pada 2017 dengan berhasilnya uji terbang pesawat N-219, sebuah pesawat kecil dengan kapasitas tak lebih dari 19 orang di dalam kabin.

Melihat keberhasilan ini, Habibie pun menitipkan harapannya pada proyek pesawat R80.

Habibie pernah mengatakan bahwa bila industri dirgantara hendak berjaya, Indonesia harus membangun pesawat berkapasitas 80-90 orang.

R80 ini mampu mengangkut 80-90 penumpang dengan kecepatan maksimal 611 kilometer per jam dan kecepatan ekonomis 537 kilometer per jam.

Sekali melesat, pesawat ini juga mampu menjangkau 1.480 kilometer.

Jika sesuai rencana, R80 akan mengudara pada 2025 dan bersamanya, harapan Habibie akan kejayaan industri dirgantara Indonesia akan mengudara.

Selamat terbang eyang Habibie, selamat bertemu ibu Ainun di keabadian.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau