Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyakit TBC, dari Penyebab, Gejala, Pengobatan, hingga Pencegahan

Kompas.com - 10/09/2019, 09:43 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

Untuk mendiagnosis penyakit ini, Anda bisa melakukan tes kulit tuberkulin. Tes ini meliputi penyuntikan ke dalam kulit sejumlah kecil protein derivat tuberkulin yang telah dimurnikan.

Jika Anda sudah tertular kuman TBC, dalam waktu 48-72 jam suntikan ini menimbulkan reaksi pada kulit.

Selain itu, dokter juga dapat mendiagnosis lewat sputum untuk menjadi sampel (contoh) dalam proses diagnosis. Sputum ini akan digunakan untuk proses pemulasan dan diperiksa di bawah mikroskop. Dengan teknik molekular yang disebut reaksi rantai polimerase, dokter akan memeriksa apakah Anda sudah tertular kuman TBC.

Seberapa Bahaya Penyakit TBC Itu?

Di Amerika Serikat lebih dari 95 persen penderita infeksi TBC berhasil sembuh total. Tidak ada tanda yang terlihat bahwa seseorang pernah menderita TBC paru-paru kecuali adanya perubahan yang tampak pada foto toraks (x-ray) dan tes kulit tuberkulin yang positif.

Sekali Anda terkena TBC, hasil tes kulit tetap positif meskipun Anda telah sembuh.

Ada kalanya, tuberkulosis baru berkembang berminggu-minggu kemudian setelah terpapar pertama kali. Namun, kuman TBC juga bisa “tertidur” selama bertahun-tahun sebelum munculnya penyakit.

Penyakit ini bisa kembali menjadi aktif jika kondisi sistem kekebalan tubuh melemah akibat bertambahnya usia, kekurangan gizi, gaya hidup tidak sehat, meningkatnya konsumsi alkohol, atau adanya penyakit tertentu seperti HIV atau AIDS dan kanker tertentu yang bisa berakhir pada kematian.

Pengobatan

Obat-obatan merupakan penyembuh yang efektif bagi TBC. Namun, beberapa tahun belakangan terjadi revolusi pada kuman TBC yang menjadi resisten terhadap obat yang biasa digunakan.

Oleh karena itu penting menentukan kepekaan obat anti-tuberkulosis pada setiap kasus yang baru didiagnosis, sehingga setiap kasus bisa ditangani dengan obat yang paling tepat.

Pada penderita TBC aktif, penanganan biasanya dimulai dengan empat obat yakni, isoniazid, rimpafin, pyrazinamid, dan ethambutol. Di laboratorium juga dilakukan evaluasi biakan sputum atau sekret tubuh lain (saliva, keringat, urine, dan cairan tubuh lainnya) atau jaringan untuk menentukan kepekaan bakteri atau ketahanan terhadap setiap obat.

Jika hasil biakan sudah diperoleh dalam waktu 6-8 minggu, dokter bisa mengganti obat yang tidak efektif dengan obat lain.

Ketika pemberian obat dimulai, perbaikan gejala sudah bisa terlihat dalam waktu 2-3 minggu diikuti dengan membaiknya hasil foto toraks.

Terapi dengan obat ini baru bisa mencapai hasil terbaik jika penderita mengonsumsi obat selama 6-12 bulan agar bakteri TBC benar-benar terbasmi tuntas. Seluruh obat yang digunakan untuk TBC memiliki efek samping yaitu hepatitis dan sakit kuning.

Baca juga: Anjing Serang ART Hingga Tewas, Kenali Gejala hingga Pencegahan Rabies

Pencegahan

Jika hasil tes kulit tuberkulin positif, terutama jika Anda baru kontak langsung dengan seorang penderita TBC, dokter akan mempertimbangkan pemberian isoniazitd untuk mengurangi risiko aktifnya TBC.

Obat ini harus diminum selama 9 bulan. Dokter juga akan mempertimbangkan untuk memberikan obat yang serupa pada orang-orang terdekat Anda, yaitu pada orang terdekat seperti keluarga atau orang lain yang tinggal bersama Anda. (Hana Nushratu)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com