Namun, wilayah pesisir di kepulauan Indonesia berada di kondisi yang buruk akibat kegiatan manusia, seperti penambangan pasir dan terumbu karang, pembabatan mangrove, hingga pemukiman warga yang melewati garis pantai.
Pada November 2018, dengan bantuan dari penduduk desa Karangjaladri di pantai Pangandaran, kami dapat membangun tembok laut berbahan sabut kelapa dengan panjang 20 meter.
Sebelumnya, kami menggulung sabut kelapa, yang disatukan dengan material ramah lingkungan lainnya, seperti karung goni, diikat dengan tali dari jaring nelayan sepanjang 5 hingga 10 meter, hingga menjadi seperti gulungan karpet dengan ukuran diameter 25-50 cm.
Kami menghindari musim hujan barat dan musim hujan timur ketika memasang tembok laut tersebut, karena kedua musim ini memiliki angin kencang yang akan membuat sulit untuk memasang jaring.
Kami juga mempertimbangkan pola angin, ketinggian gelombang laut, arah dan arus laut untuk dapat memasang dinding laut sabut kelapa di garis pantai tanpa gangguan.
Meski ramah lingkungan, dinding laut dari sabut kelapa ini tentu saja masih memiliki kelemahan. Kemampuannya terbatas untuk menghadang gelombang laut yang jauh lebih kuat. Hal ini bukan masalah bagi dinding laut terbuat dari beton.
Oleh karena itu, kita perlu memasang pasak kayu dengan benar agar tidak terseret gelombang.
Walaupun ada banyak cara mitigasi untuk abrasi, pendekatan yang ramah lingkungan dapat dijadikan sebagai pilihan alternatif yang murah.
Bahan baku untuk membangun dinding laut yang dapat terurai, seperti yang terbuat dari sabut kelapa, adalah cara yang murah dan mudah ditemukan di daerah pesisir apalagi di Indonesia.
Kami juga menggunakan kembali jaring bekas nelayan sekitar untuk mengurangi biaya. Ketimbang menumpuk sabut kelapa menjadi sampah, lebih baik dikumpulkan dan dijadikan sebagai bahan dasar untuk dinding laut.
Jadi, selain melindungi daerah pesisir pantai, kami juga memanfaatkan limbah organik.
Belum ada penilaian terhadap daya tahan tembok laut yang terbuat dari sabut kelapa ini. Namun, tembok laut ini tidak murni terbuat dari serat kelapa. Serat kelapa yang kami gunakan dipakai juga sebagai media tumbuh untuk tanaman. Jadi setelah sabut kelapa terurai, dia memiliki akar kuat dan menjadi sabuk hijau yang melindungi pantai.
Gagasan dari proyek percontohan ini adalah untuk mendorong masyarakat setempat untuk menggunakan bahan sehari-hari untuk melindungi daerah mereka.
Alih-alih menunggu pemerintah membangun tembok beton miliaran rupiah, yang lebih sering menjadi prioritas pemerintah, warga desa dapat memasang sendiri.
Susanna Nurdjaman
Lecturer of Oceanography Department, Faculty of Earth Sciences and Technology, Institut Teknologi Bandung
Artikel ini ditayangkan atas kerja sama Kompas.com dan The Conversation Indonesia. Tulisan di atas diambilkan dari artikel berjudul "Bagaimana peneliti di Jawa Barat menyelamatkan pantai dengan sabut kelapa".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.