Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Kisah Peneliti di Jawa Barat Selamatkan Pantai dengan Sabut Kelapa

Kompas.com - 08/09/2019, 17:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Susanna Nurdjaman


TAHUAH Anda bahwa sabut kelapa bisa dimanfaatkan sebagai pelindung pesisir pantai dari erosi dan abrasi air laut?

Daerah pesisir di Indonesia, yang juga menjadi tempat kegiatan ekonomi dan pemukiman warga, kini berada di kondisi kritis.

Tidak hanya akibat aktivitas manusia, seperti pembabatan hutan bakau, penambangan pasir, hingga pembangunan infrastruktur namun juga akibat dari perubahan iklim.

Perubahan iklim dapat mempengaruhi daerah pesisir hingga menghadapi berbagai masalah, mulai dari naiknya permukaan air laut, suhu laut, hingga menimbulkan gas emisi rumah kaca. Ditambah lagi, erosi di daerah pesisir, banjir, hingga polusi air.

Oleh karena itu, perlindungan daerah pesisir seharusnya menjadi salah satu prioritas mitigasi perubahan iklim.

Pemandangan Aerial dari pantai Panggandaran, salah satu pantai di Indonesia yang rentan terhadap abrasi karena gelombang laut yang tinggi.Susanna Nurdjaman/ITB, Author provided Pemandangan Aerial dari pantai Panggandaran, salah satu pantai di Indonesia yang rentan terhadap abrasi karena gelombang laut yang tinggi.

Umumnya, perlindungan daerah pesisir dari erosi menggunakan struktur material yang keras (hard structure), seperti tanggul laut yang terbuat dari beton, pemecah gelombang, groin (bangunan yang dibangun menjorok ke arah laut), jetty (jalanan yang dibuat mengarah ke laut), dan lainnya.

Namun, material alami seperti terumbu karang, hutan bakau, atau rumput laut juga dapat melindungi daerah pantai dari gelombang tinggi, atau disebut sebagai soft structure yaitu struktur material yang lunak/dari bahan alam.

Tanggul laut yang terbuat dari material yang keras masih terlalu mahal bagi penduduk setempat dan pemerintah daerah masih belum memprioritaskan dana mereka untuk pembangunan ini.

Oleh karena itu, kami – saya dan lima rekan kerja saya di Program Study Oseanografi,Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung – memodifikasi sabut kelapa untuk menjadi bahan alternatif untuk tembok laut. Modifikasi ini terinspirasi oleh cara penyelamatan pesisir pantai yang dilakukan di daerah pesisir di Amerika Serikat.

Proyek pertama kami bermula di desa Karangjaladri, kabupaten Pangandaran, sekitar 6 jam perjalanan dari kota Bandung, ibukota provinsi Jawa Barat.

Desa Karangjaladri berada di dekat pantai, namun tidak memiliki perlindungan di pesisir ketika kami datang pada tahun 2017. Padahal, area tersebut rentan terhadap abrasi karena gelombang laut yang tinggi dari Samudera Hindia.

Tim dari Program Study Oceanography ITB berkunjung ke desa Karangjaladri pada tahun 2017 dan menawarkan solusi ramah lingkungan untuk tembok laut, di tahun berikutnya.Susanna Nurdjaman/ITB, Author provided Tim dari Program Study Oceanography ITB berkunjung ke desa Karangjaladri pada tahun 2017 dan menawarkan solusi ramah lingkungan untuk tembok laut, di tahun berikutnya.

Tahun 2018, kami kembali dan mengajak warga sekitar untuk membangun tanggul laut yang terbuat dari sabut kelapa, material yang murah dan dapat terurai, yang banyak ditemukan di daerah tersebut.

Karena sifatnya yang organik, tembok laut dari sabut kelapa dapat berubah menjadi “sabuk hijau” pantai untuk membantu melestarikan ekosistem laut.

Dinding laut dari sabut kelapa

Indonesia adalah negara dengan garis pantai ketiga terpanjang di dunia dengan panjang 54.720 kilometer. Kanada dan Norwegia menempati urutan pertama dan kedua.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com