Sebab tahun ini terjadi Badai El Nino, sehingga musim kemarau tahun ini lebih kering dibanding musim kemarau tahun lalu.
"Faktor utama dari kebakaran (hutan dan lahan) itu sendiri adalah faktor manusia. Kami pernah memplotkan titik panas dengan curah hujan harian. Ketika tiga hari beruturt-turut tidak ada hujan atau curah hujan kurang dari 50 mili (milimeter), mereka langsung membakar," tutur Indah.
Baca juga: BNPB Sebut 6 Provinsi Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan
Hingga bulan ini, jumlah titik panas pada 2019 lebih rendah daripada tahun lalu.
Jumlah titik panas terbanyak tahun ini berada di Kalimantan Barat (4.018 titik), disusul Riau (3.652 titik), Kalimantan Tengah (1.938 titik), Sumatera Selatan (962 titik), Jambi (832 titik), Kalimantan Timur (756 titik), Kalimantan Selatan (515 titik), Kepulauan Bangka Belitung (310 titik), Kalimantan Utara (303 titik), Papua (271 titik), Sumatera Utara (235 titik), dan Aceh (184 titik).
Sedangkan luas hutan dan lahan terbakar secara garis besar adalah di Bali dan Nusa Tenggara (73.467 hektar), Sumatera (36.922 hektar), Kalimantan (16.892 hektar), Maluka dan Papua (4.124 hektar), Jawa (2.461 hektar), serta Sulawesi (1.883 hektar).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.