Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BNPB Sebut 6 Provinsi Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan

Kompas.com - 07/08/2019, 16:29 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo menjelaskan, pada musim kemarau tahun ini terdapat enam provinsi yang sudah menetapkan keadaan darurat untuk kebakaran hutan dan lahan.

Dia menambahkan, pemerintah fokus menangani bencana kebakaran hutan dan lahan di keenam provinsi itu yang memiliki lahan gambut yang luas.

"Yang menyatakan siaga darurat sudah ada enam (provinsi), Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimanatan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Mereka sudah menyatakan siaga darurat bencana karhutla (kebakaran hutan dan lahan). Yang paling terakhir menyatakan siaga darurat adalah Jambi, tanggal 23 Juli kemarin," kata Agus.

Menurut Agus, total pasukan yang diterjunkan untuk mengantisipasi dan menangani kebakaran hutan dan lahan di enam provinsi tersebut berjumlah 5.679 personel.

Baca juga: Ada 18.895 Sebaran Titik Panas, BMKG Minta Masyarakat Waspada Karhutla

Targetnya masing-masing dari keenam provinsi itu akan mendapat bantuan 1.512 personel, terdiri dari seribu personel TNI, 200 dari Polri, dan sisanya dari BPBD serta masyarakat.

Pasukan tersebut akan disebar ke desa-desa dan menginap di rumah penduduk.

Mereka bertugas berpatroli. Jika menemukan titik api, mereka akan ikut memadamkan. Agus menambahkan, pasukan juga bertugas mensosialisasikan bahaya kebakaran hutan dan lahan.

Selain itu, pemerintah juga mengerahkan helikopter penyiram air. Khusus di Riau disediakan 17 helikopter penyiram air karena titik api sudah meluas.

Sementara, Kepala Sub Bidang Peringatan Dini Iklim Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Supari mengatakan kekeringan terjadi di Jawa, sebagian besar Sumatera, dan Kalimantan.

Dia menambahkan sepanjang pertengahan bulan ini di Sumatera bagian selatan, sebagian besar Jawa, sebagian besar Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, kondisi curah hujan di bawah normal.

Secara umum, curah hujan di sebagian besar wilayah di Indonesia sepanjang Agustus di bawah normal.

Selama bulan ini, 88 persen wilayah di Indonesia sudah memasuki musim kemarau. Musim kemarau tersebut tersebar di Sumatera, Jawa, hampir seluruh Nusa Tenggara, Kalimantan Timur, sebagian Sulawesi, dan sebagian Papua.

Hingga kemarin, Nusa Tenggara Timur adalah daerah yang paling lama tidak diguyur hujan, yakni selama 137 hari.

"Wilayah-wilayah yang memiliki kategori sangat mudah terbakar mulai dari Aceh, Riau, Jambi, Sumatera (Selatan), Lampung, Bangka belitung, Kalimantan, Jawa, hingga NTT. Selama bulan Juli curah hujan umumnya di bawah normal, utamanya terjadi di sebagian besar wilayah selatan, mulai dari Sumatera bagian selatan, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Bali," ujar Supari.

Baca juga: BMKG: Musim Kemarau Tahun Ini Lebih Lama, Harap Waspada Kekeringan

Agus Wibowo mengatakan kekeringan sudah terjadi di Jawa Barat, Banten, Jawa tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara barat, Nusa Tenggara Timur.

Sampai saat ini, lanjutnya, kekeringan terjadi di 2.347 desa dari 95 kabupaten di tujuh provinsi.

Masing-masing Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sudah menyalurkan air bersih, khususnya air minum, ke wilayah-wilayah yang mengalami kekeringan tersebut. Jumlah air bersih sudah dipasok sebanyak 28 juta liter.

Kebakaran hutan dan lahan terjadi di sejumlah wilayah di Sumatera dan Kalimantan setiap musim kemarau. Hal tersebut memicu kiriman asap ke negara tetangga Malaysia dan Singapura.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau