Sebab ada salah satu persyaratan persetujuan yang harus dilakukan, yaitu melakukan pengujian kepada 100 orang terlebih dahulu.
Padahal, untuk biaya pengujian kepada 10 orang saja bisa memakan biaya 360 juta.
"Ya teman saya bilang, mau dikasih makan apa mereka yang bantu ngembangin ini obat, kalau untuk syarat persetujuan aja udah bakal habis banyak," tutur Farida menirukan temannya.
Sedangkan di India, kata Farida, diberikan alternatifnya yaitu dalam pengujian persyaratan paten, mereka diperbolehkan melakukannya kepada 10 orang dahulu.
Kemudian akan ada sirkulasi pendanaan dan dana tersebut dijadikan produksi serta ujicoba kepada sisa pasien targetnya hingga mencapai angka yang diperbolehkan secara standar internasional juga.
"Kualitas dan prekliniknya baik dan terpenuhi, biasanya hasil klinisnya itu hampir sama baik juga," ujar dia.
Baca juga: Nasib Trastuzumab, Obat Kanker Payudara yang Tak Lagi Ditanggung BPJS
Selain itu, pengobatan ini memang baiknya diperuntukkan bagi mereka yang menderita kanker payudara HER2-positif pada stadium awal, untuk mengetahui efeknya jangka panjang dan juga mereka masih memiliki daya tahan tubuh yang baik.
"Bukan percobaan obat ini dengan yang stadium lanjut, bukan saya mengecilkan harapan, tapi kalau dikasih ke pasien stadium lanjut efeknya obat sulit diidentifikasi, karena kecil harapannya sebab daya tahan tubuhnya juga lebih rendah".
Dia juga berharap agar berbagai pihak mengubah mindset atau pola pikirnya, bukan obat ini susah, obat itu mahal, melainkan cari alternatifnya, juga yang pasti dukungan tidak hanya ucapan melainkan kebijakan yang akan menssuport kinerja para medis dan pelaku perusahaan farmasi untuk mengolah obat ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.