Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

6 Hal tentang Kanker yang Harus Anda Ketahui, dari Bentuk sampai Pemicunya

Kompas.com - 31/08/2019, 19:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Proses rusak-perbaikan-rusak-perbaikan-rusak-rusak-perbaikan-perbaikan berjalan dalam waktu yang lama, bertahun-tahun. Karena itu, “diperlukan” konsumsi rokok atau bahan lain yang berbahaya bertahun-tahun untuk dapat menyebabkan kanker.

Mengkonsumsi makanan berpengawet selama beberapa hari tidak akan menimbulkan gejala kanker, tapi dengan konsumsinya dalam jangka panjang, risiko kanker harus kita hadapi.

Tidak bisa dimungkiri bahwa kanker juga bisa terjadi pada anak-anak. Prosesnya agak berbeda dengan kanker pada dewasa. Kanker pada anak biasanya terjadi karena adanya kelainan bawaan yang membuat sel lebih sering gagal mendeteksi sel rusak.

6. Pengobatan: dampaknya rambut kepala rontok

Pengobatan kanker biasanya ditujukan pada upaya menghilangkan sel-sel cacat produksi tadi. Kalau mereka masih kecil dan terisolasi, tinggal diambil (operasi), biasanya dilanjutkan dengan kemoterapi untuk memastikan sel-sel yang kecil tidak terlihat yang mungkin tersisa bisa dihilangkan.

Kalau kankernya berukuran besar sekali, biasanya diradiasi. Tujuannya untuk membunuh sel-sel yang berkembang di bagian luar. Bila ukuran kanker sudah mengecil baru dioperasi dan dilanjutkan kemoterapi.

Jika sel rusak sudah menjalar ke mana-mana, sulit mengejarnya. Pada tahap ini biasanya dokter menyerah, tidak berupaya membunuh kanker secara menyeluruh. Sekadarnya saja untuk membuat pasien nyaman.

Karena sel kanker merupakan sel ‘bandel’ yang mampu melepaskan diri dari program mematikan sel, maka kalau ada obat yang bisa membunuh sel kanker mestinya obat itu juga akan membunuh sel-sel yang normal.

Itu yang terjadi dengan kemoterapi, sel-sel normal ikut terbunuh, misalnya sel-sel akar rambut. Karena itu, setelah dikemo biasanya rambut kepala pasien rontok.

Untuk mengurangi kerusakan pada sel-sel normal, para ahli sudah membuat obat kemo yang spesifik untuk sel-sel tertentu saja. Obat kemo yang baru sudah tidak membuat mual dan tidak membuat rambut terlalu rontok.

Jadi kalau ada obat kanker yang diklaim dapat membunuh semua jenis kanker, kita harus mengkhawatirkan bahwa efek sampingnya akan sangat luar biasa.

Kalau ada yang menyatakan ada obat anti kanker yang dapat mencegah semua jenis kanker, mungkin lebih dapat dipercaya, karena mungkin mekanisme kerjanya adalah meningkatkan kemampuan tubuh untuk mencegah terjadinya produksi sel-sel cacat.

Bisa juga obat ini meningkatkan kemampuan tubuh untuk mendeteksi sel-sel cacat produksi dan memperkuat kemampuan tubuh untuk membunuh sel cacat produksi, sebelum sel-sel cacat itu menjadi kanker.

Yulia Sofiatin

Dosen Epidemiologi dan Biostatistika di Departemen Kesehatan Masyarakat, Padjadjaran University

Artikel ini ditayangkan atas kerja sama Kompas.com dan The Conversation Indonesia. Tulisan di atas diambilkan dari artikel berjudul "6 hal tentang kanker perlu Anda ketahui: dari sel bunuh diri, mirip kepiting hingga rambut rontok setelah kemo".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com