Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Tegaskan Obati Kanker dengan Herbal Bisa Berbahaya

Kompas.com - 17/08/2019, 12:06 WIB
Nur Rohmi Aida,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Sebuah tulisan mengenai obat herbal dan kanker beredar di linimasa Facebook hari ini. Dalam narasi yang beredar, seorang mantan wartawan yang juga menjadi calon legislatif bernama Dyah Wahyu Winarni sedang berjuang melawan kanker.

Dalam postingan tersebut diceritakan bahwa ia divonis mengidap kanker stadium awal pada medio 2012. Dengan pengobatan medis selama satu tahun, ia dinyatakan sembuh.

Namun, sejak 2016, ia beralih pada ramuan dan pengobatan herbal dan alternatif.

Pada 2018, ia menyesal dengan langkahnya menghentikan terapi medis lantaran dokter memvonis kanker payudaranya kembali dan telah menyebar di berbagai tempat.

Kompas.com meminta komentar terhadap narasi yang beredar ini pada dokter onkologi, Dr Walta Gautama, Sp.B(K) Onk yang praktik di RS Dharmais.

Baca juga: Pengobatan Alternatif Gandakan Risiko Kematian Akibat Kanker

Walta menyebut, mengkonsumsi obat herbal untuk menyembuhkan kanker bisa mengakibatkan seseorang men-delay penanganan kanker yang harusnya ditangani dengan cepat.

“Orang sakit kanker beda dengan orang sakit jantung ataupun penyakit lain. Orang sakit kanker kalau stadium tambah, angka harapan sembuh makin kecil, pengobatan makin komplek,” tuturnya kepada Kompas.com, Jumat (16/8/2019).

Ia menghimbau, kepada masyarakat untuk berhati-hati dan tak mudah percaya dengan obat-obatan herbal yang diklaim bisa menyembuhkan kanker.

“Kalau terjadi delay pengobatan. Misal harusnya stadium 2 dia datang tapi terlambat pertanyaannya siapa yang akan bertanggung jawab? Yang terima nasib kan pasiennya,” lanjut Walta.

Menurutnya, obat herbal itu masuk ke dalam complimentary medicine, atau pengobatan penunjang, sehingga mereka belum bisa digolongkan sebagai obat kanker.

Lebih lanjut, ia menyebut bahwasanya obat kanker harus melalui penelitian dengan berbagai fase. Mulai uji laborat, percobaan terhadap hewan hingga manusia.

Dalam penelitian pada hewan, harus dilakukan pengamatan terhadap semua organ seperti ginjal, otak, hati, tulang dan jaringan.

“Setelah itu baru lanjut ke manusia, aman nggak untuk manusia. Dilihat lagi itu (pengamatan organ) semua! Nggak bisa main sembarangan!” tuturnya.

Memilih Obat Herbal Aman

Selanjutnya saat ditanya tentang bagaiaman obat herbal yang aman untuk penderita kanker untuk terapi penunjang, ia menekankan bahwa bahkan untuk terapi penunjang pertimbangan tentang kemanan bagi tubuh yang utama.

“Aman buat tubuh! Misal Suatu zat dimasak, betulkah aman dia buat ginjal. Misal orang berat 50, 30 dan 100 kg tentu kadarnya tak sama," kata Walta.

Baca juga: 5 Tanggapan Para Pakar atas Kontroversi Bajakah sebagai Obat Kanker

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau