Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rangkong Gading, Maskot dari Kalimantan Barat dan 7 Fakta Unik Lainnya

Kompas.com - 29/08/2019, 10:51 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

Berkembang biak lambat

Karena beberapa hal seperti kebutuhan sarangnya berada di atas pohon yang tinggi dan berlubang alami, ternyata dalam satu siklus reproduksi, rangkong hanya bisa bertelur sebanyak 3 butir.

Petani alami

Rangkong gading dinyatakan sebagai petani alami, karena ia akan memakan dan menebarkan biji-bijian untuk disebarkan di wilayah lainnya, sehingga bijian tersebut akan tumbuh dan berkembang menjadi pepohonan di hutan.

"Ya, rangkong ini burung penyerbuk yang menanam (menyebarkan) tanaman ke daerah lainnya, kalau bisa dibilang itu petani alami di alam. Bayangkan kalau burung ini punah, apa yang akan terjadi dengan ekosistem alam kita," tutur Yokyok.

Untuk itulah, rangkong ini dianggap berperan penting dalam keberlangsungan ekosistem alam.

Baca juga: Mengenal Rangkong Gading, Sang Petani Hutan Sejati

Simbol nilai budaya

Enggang atau rangkong gading memiliki banyak makna dan nilai budaya di masyarakat daerah Kalimantan Barat.

Dikatakan Yokyok, dahulu enggang merupakan simbol dari ketangguhan seorang pria dengan seberapa banyak pria tersebut telah memenggal kepala.

"Hanya pendekar Dayak yang bisa menggunakannya, tetapi mencari burung rangkong yang sudah mati, tidak boleh dengan memburu," imbuhnya.

Namun saat ini sudah banyak yang melakukan penjualan aksesoris dari rangkong gading secara ilegal, target pasarnya adalah Tiongkok, China.

Yokyok menambahkan, hal ini terjadi karena permintaan pasar, diiringi kemiskinan dan kurangnya ketegasan hukum, meskipun pada dasarnya Indonesia merupakan habitat populasi terbesar 99% berada di dan dari wilayah Indonesia.

Serta, dia juga menyatakan nilai budaya yang ada sudah luntur. Banyak masyarakat yang tidak bertanggungjawab memburu hewan tersebut, kemudian menjual bagian kepala dan bulunya menjadi berbagai aksesoris seperti, cincin, gelang, ukiran, helai ekor burung dan lainnya.

Baca juga: Mengenal Arwana Super Red, Ikan Kalimantan Barat yang Terancam Punah

Tidaa hanya itu, masyarakat bukan hanya tidak mengetahui nama rangkong gading ini dan historis dibaliknya, yang mereka tahu ini enggang cula dan merupakan burung yang ada di hutan Kalimantan.

"Harusnya bisa menjadi kebanggaan karena melestarikan budaya sendiri, tapi saat ini sudah banyak dikomersilkan. Inilah yang menjadikan hanya sekedar simbol bukan adat lagi," tukas Yokyok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau