Perlu diketahui, polusi udara memiliki partikel debu kecil yang sangat halus. Partikel halus ini bisa masuk ke otak manusia, setelah dihirup melalui hidung dan paru-paru,
Dalam banyak penelitian, hewan yang terpapar udara tercemar akan menunjukkan gangguan kognitif dan gejala depresi.
Untuk penelitian terbaru ini, para ahli menganalisis dua data populasi.
Data populasi pertama didapat dari klaim asuransi kesehatan AS selama 11 tahun dengan 151 juta orang.
Data kedua menghimpun 1,4 juta orang yang lahir di Denmark pada 1979-2002 dan tetap tinggal di Denmark sampai usia 10 tahun.
Tingkat polusi udara di area tersebut diukur menggunakan standar kualitas udara yang ditetapkan oleh masing-masing negara. Misalnya, untuk AS, pengukuran kualitas udara EPA digunakan.
Studi ini pun mendapat tanggapan dari profesor John Ioannidis dari Stanford University.
Ioannidis mengatakan, hubungan sebab akibat antara polusi udara dan gangguan mental adalah sesuatu yang menarik.
Namun, masih diperlukan lebih banyak analisis oleh banyak kalangan peneliti untuk masalah ini.
Baca juga: Jakarta Darurat Polusi Udara, Awas Risiko Serangan Jantung Mengintai
Penulis studi sendiri mengakui bahwa hanya karena mereka mengamati hubungan antara polusi udara dan gangguan mental, itu tidak selalu menunjukkan penyebab.
Ke depan, mereka ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang masalah ini, untuk menentukan apakah dampak pencemaran udara pada otak sama dengan kondisi penyebab stres lainnya atau faktor luar.
Sumber: Kompas.com (Vitorio Mantalean)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.