Andy mengatakan, pendekatan smart city bukan untuk mengukur ujung atau hasil, tapi bagaimana cara membangun smart city ini sendiri.
Oleh karena itu, membangun smart city di ibu kota baru nanti diperlukan beberapa indikator yang harus diperhatikan.
Indikator itu antara lain smart mobility, smart people, dan smart building.
1. Smart mobility
"Pertama itu, cara membangun fisik kota," kata Andy.
Jika struktur kota, terutama jalan raya didesain untuk kendaraan pribadi seperti mobil, maka dikatakan Andy, ini bukan langkah smart.
"Harusnya jalan raya didesain untuk pejalan kaki dan angkutan umum," terang dia.
Dengan langkah ini, maka mobilitas warga otomatis akan menggunakan angkutan umum dan bisa berjalan kaki.
Dampaknya pun dapat mengurangi emisi karbon dan polusi udara di kawasan ibu kota ke depan.
Sementara, jika pembangunan jalan raya masih didesain untuk pengguna mobil pribadi, maka hasilnya diyakini Andy sama seperti ibu kota saat ini.
"Jadi menghindari kendaraan pribadi, pakai bus. Namun bus yang dipakai pun electrical bus agar tidak mengeluarkan emisi karbon," kata dia.
2. Smart people
Dari sisi manusia, ketika ibu kota pindah ke Kalimantan, maka akan terjadi culture shocked.
Oleh sebab itu, Andy menyarankan sumber daya manusia (SDM) yang nantinya bekerja di ibu kota baru mulai dipersiapkan sejak saat ini.
"Harus sudah mulai pembekalan-pembekalanSDM-nya, orangnya disiapin. Karena selama ini saya lihat diskusinya justru lebih banyak membahas hal-hal fisik," kata dia.